Table of Contents
Subscribe to Insights and Updates

Bagaimana Jurnalis Media Malaysia David Andreas Meliput Indonesia ‘Negara Besar’

David Andreas membagikan pandangan tentang jurnalisme televisi.

Sebagai jurnalis senior di media Malaysia, David Andreas berperan dalam menjembatani pemahaman masyarakat Malaysia terhadap Indonesia melalui kapasitasnya sebagai wartawan TVS (sebelumnya TV Sarawak) sejak Maret 2022.

David sebelumnya meliput untuk TV3 Malaysia dan tvOne di Indonesia. Menurutnya, publik Malaysia “justru melihat Indonesia sebagai suatu negara yang besar”.

“Jadi apa pun yang diberitain dari sini menarik buat mereka. Seperti kok bisa, nih, Indonesia kayak gini?” ujar David kepada RadVoice Indonesia.

“Kasus-kasus seperti penangkapan narkoba atau teroris di sana bahkan jarang. Bahkan beberapa kali pun, bisa dibilang berita-berita yang saya laporkan buat publik Malaysia menjadi referensi beberapa media buat ‘menekan’ pemerintah mereka. Misalnya, pemberantasan narkoba, kok, di Indonesia ada? Ditangkap terus bandar narkobanya, kok, sementara di Malaysia tidak pernah ada?” tambahnya.

Portofolio David pun beragam. Salah satunya adalah ketika ia berkesempatan menemui Anwar Ibrahim, perdana menteri Malaysia, yang tahun lalu berkunjung ke Jakarta untuk menghadiri KTT ASEAN. Indonesia merupakan ketua organisasi tersebut sepanjang 2023.

David Andreas (kiri) berfoto dengan Anwar Ibrahim, perdana menteri Malaysia, di tengah-tengah KTT ASEAN yang diadakan tahun lalu di Jakarta. (Foto oleh narasumber)

Bagaimana Jurnalis Media Malaysia David Andreas Meliput Indonesia

Dalam wawancaranya dengan RadVoice, David membagikan pertimbangannya dalam pemilihan tema liputan yang menarik bagi media Malaysia dan proses kerja yang ia jalankan.

Isu-isu dan topik-topik Indonesia apa sajakah yang menarik untuk audiens Anda?

“Kalau yang utama, ya, sebagai media Malaysia, tentunya yang terkait dengan Malaysia.

“Baik hubungan bilateral, peristiwa kriminal, atau kerja sama potensial dari kedua negara itu pasti kita ‘mainkan’.

“Isu-isu lokal yang besar juga kita liput, seperti politik atau bencana alam. Contohnya, ada kunjungan perdana menteri Malaysia ke Indonesia. Lalu, misalkan, kerja sama strategis seperti investasi-investasi Malaysia di Indonesia.

David saat meliput KTT G20 di Bali. Ia berpengalaman melaporkan tentang berbagai isu diplomatik dan bilateral. (Foto oleh narasumber)

“Atau, seputar rakyat Malaysia di Indonesia. Dari pelajarnya dan segi bisnisnya itu banyak banget, ya. Apalagi Malaysia dan Indonesia memang negara serumpun dan sebelahan, ya. Memang dari seluruh negara di ASEAN, kedekatan antara Indonesia dan Malaysia itu paling berbedalah.

“Dari segi pemerintahannya pun juga banyak kerja sama atau, misalnya, kerja sama latihan bareng tentara dan pemberantasan narkoba. Isu-isu perbatasan juga memang selalu diperbincangkan oleh kedua negara itu buat menghindari konflik-konflik yang terjadi.”

David di Titik Nol Nusantara, Kalimantan Timur. Investasi Malaysia di calon ibu kota negara dan lokasinya di Borneo yang berbatasan dengan Malaysia merupakan beberapa topik yang ia ikuti secara rutin. (Foto oleh narasumber)

Baca juga: Liputan Media Asing Leo Galuh Memenuhi Kriteria ‘Menarik dan Relevan’

Anda menyebutkan kata ‘serumpun’. Bahasa Indonesia dan Malaysia ada kemiripan, walaupun beberapa kosakata berbeda. Bagaimana proses peliputan Anda untuk media Malaysia?

“Semuanya pakai bahasa Melayu karena memang kita tayangnya di sana, ya. Itu juga challenging buat kita sebagai wartawan atau media.

Publikasikan perusahaan Anda di berbagai media online Indonesia sekarang! Hubungi RadVoice.

“Jurnalis, ya, mau tidak mau, tidak ada pilihan harus bisa bahasa Melayu tentunya. Karena itu tidak mungkin kita kirim berita pakai bahasa Indonesia di sana, yang editnya pusing juga. Kita akhirnya mempermudah editor kita buat mengirim berita itu dalam bahasa Melayu, jadi mau tidak mau harus bisa berbahasa Melayu. Itu cara pertama, sih, buat bikin berita.”

Bagaimana Anda mempelajari bahasa Malaysia tertulis untuk kebutuhan peliputan?

“Kalau pertama-tama, awalnya dari ketemu teman orang Malaysia yang sering ngobrol. Ya, terus belajar jugalah dari teman-teman Malaysia itu. Yang kebetulan juga ada wartawan Malaysia di sini, ada juga media Malaysia di sini. Orang memang native dari Malaysia, ya, mau saja ditanya.

David (paling belakang, paling pertama dari kiri) dengan rekan-rekan media Malaysia. Baginya, berinteraksi dengan sesama wartawan dari negara tetangga membuatnya lebih fasih dalam bahasa Malaysia. (Foto oleh narasumber)

“Kita tidak boleh malu buat belajar. Terutama, kan, memang grammar-nya harus benar-benar perfect, kan. Maksudnya harus sesuai. Pasti bahasa lisan dan menulis berbeda. Jadi, ya, belajar dari orang-orang Malaysia itu sendiri, wartawan-wartawan Malaysia. Dan juga baca-baca beritanya dari yang media kita bikin. Jadi, lama-lama terbiasa.

David sewaktu meliput KTT ASEAN di Jakarta. Bertugas untuk media Malaysia mewajibkannya untuk mampu menulis dalam bahasa Malaysia dengan lancar. (Foto oleh narasumber)

“Terus dibantu dari, anggaplah, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)-nya Malaysia. Sekarang, kan, juga lebih canggih. Ada AI, ada Google Translate juga ngebantulah. Misalkan, ingin koreksi kata-katanya, ya, pakai itu. Itu bisa ngebantu juga.”

Baca juga: 3+ Keuntungan Menggunakan AI Content Generator

Apa liputan Anda yang paling menarik untuk media Malaysia?

“Buat saya sendiri, sih, liputan-liputan saat saya menjadi fotografer resmi delegasi Malaysia untuk acara-acara seperti KTT G20 di Bali pada 2022 dan KTT ASEAN di Jakarta pada 2023. Kita memiliki akses itu karena memang kita dari media luar, mendapatkan privilege yang media lain tidak punya.

David di area KTT G20 di Bali. Sebagai jurnalis media Malaysia, ia berkesempatan menjadi fotografer resmi delegasi Malaysia saat menghadiri berbagai acara penting. (Foto oleh narasumber)

“Spesifik tentang Malaysia-Indonesia itu utamanya kalau ada lawatan menteri. Misalkan, saat kerja sama itu, kita bisa berada dalam delegasinya itu. Itu yang paling menarik buat saya.

“Kalau buat media Malaysia, ya, kurang lebih sama. Tapi lebih menarik, ya, berita-berita terorisme, bencana alam, kriminal, atau politik Indonesia juga menarik buat mereka.

“Tapi kalau buat saya sendiri, kita mendapatkan akses spesial untuk liputan, bahkan media lain pun tidak bisa seperti itu.”

Wawancara dengan David Andreas dilakukan pada Senin, 15 Juli 2024. Percakapan ini telah diedit agar lebih ringkas.

Get the latest updates delivered right to your inbox!
Having a problem? Email Us: hello@radvoice.id