Sejak menjadi jurnalis lepas pada 2022, Syahdinar memanfaatkan pengalamannya sebagai analis sebuah anak perusahaan badan usaha milik negara di profesi sebelumnya untuk menggarap berbagai reportase.
Akrab disapa Dinar, ia telah menulis The Jakarta Post, Jurnal Bisnis, FairPlanet, dan lainnya. Ia juga pernah mendampingi para wartawan asing yang bekerja untuk SBS Australia, Central News Agency (Taiwan), dan De Groene Amsterdammer. Tema-tema liputannya beragam, mulai dari perjalanan hingga politik.
Baca juga: Jurnalis Senior Leo Galuh Membagikan Cara Menjadi Freelancer Media Asing
Latar belakang pendidikan dan profesional Dinar mendukungnya menjadi jurnalis lepas yang lebih andal.
“Saya senang banget buat riset, mungkin karena background saya sebagai sarjana matematika, sains. Saya terbiasa sistematis untuk riset,” ujar Dinar kepada RadVoice Indonesia.
“Itu hal pertama yang perlu dimiliki jurnalis: bisa berpikir sistematis. Dari cara berpikir yang sistematis, pasti Anda bisa mendapatkan lead (paragraf pembuka yang berisikan informasi terpenting suatu liputan). Anda bisa ngedapetin angle story-nya kayak gimana. Dari hasil riset itu. Itu yang paling utama,” tambahnya.
Dinar membagikan pentingnya kemampuan analisis untuk menjadi jurnalis lepas.
Bagaimana pengalaman Anda sebagai analis membantu Anda sebagai jurnalis lepas?
“Sebagai analis, saya sehari-hari akan melakukan kegiatan yang hampir sama, sistematis. Dan itu yang mempermudah riset saya.
“Saya belajar integral, turunan rumus, segala macam. Tapi satu hal yang orang tidak ketahui: kuliah matematika benar-benar membuat Anda disiplin berpikir secara sistematis. Sebab ketika kuliah, saya ngerjain soal bukan soal satu tambah satu atau gimana, tapi bagaimana bisa mendapatkan satu tambah satu sama dengan berapa.
“Berita yang kita harus sajikan kepada khalayak ramai atau pembaca berita kita adalah berita yang memiliki solusi. Pokoknya, kita mesti ada solusinya dulu. Itulah hal yang harus kita beritakan. Bukan hanya apa yang dibawa sama burung dari satu kota ke kota lain.
“Karena cara berpikir yang sistematis itu, Anda bisa nulis seperti kerangka tulisan terlebih dahulu. Di Indonesia itu ada permasalahan A, kemudian pemainnya B. Dan itu akan ditemukan di akhir solusinya apa.
“Dari tahapan pertama hingga tahapan terakhir, itu tidak boleh ada yang terlewati. Banyak banget yang dibutuhkan untuk sampai tahap di pitching. Banyak banget yang harus dilalui.
“Anda mesti punya kemauan untuk meluangkan waktu untuk browsing. Riset itu bukan cuma angle, tapi mesti riset media mana yang cocok sama Anda. Media mana yang bisa terima ide Anda.”
Apa sajakah kegiatan-kegiatan Anda sebagai jurnalis lepas?
“Bangun tidur itu, saya melihat berita, cari berita, baca berita. Entah itu di X, entah itu Google News, atau apa pun itu Anda bisa cari. Itu hal pertama yang dari bangun tidur harus dilakukan.
“Lalu, saya mulai hunting email editor buat saya pitching.
“Saya pernah ada di satu masa, di mana setiap hari itu saya menargetkan diri untuk bisa pitching at least sepuluh media.
“Itu saya rasa masih sedikit, ya. Karena orang lain lebih kencang lagi kerjanya, bisa pitching lebih dari itu.
“Namun saya at least ada pitching sepuluh ide ke sepuluh orang. Satu lead yang sama dengan berbagai macam angle.
“Pasti saya akan pitching ke beberapa media. Tidak mungkin sama. Kalau semua mengiyakan, saya pusing. Yang satu tentang tourism, yang satu tentang apalah.
“Kadang suka tidak berasa, ya, tiba-tiba sudah sore karena pitching.”
Baca juga: Liputan Media Asing Leo Galuh Memenuhi Kriteria ‘Menarik dan Relevan’
Tips-tips untuk mereka yang ingin berkarier sebagai jurnalis lepas?
“Kalau punya mimpi, jangan kebanyakan tidur. Bakalan jadi mimpi saja.
“Prinsip saya cuman satu: Kalau memang ada kemauan, jalankan. Kalau tidak menjalankannya, berarti Anda belum semau itu.”
Wawancara dengan Syahdinar dilakukan pada Selasa, 4 Juni 2024. Percakapan ini telah diedit agar lebih ringkas.