Bagi Gadizsa Zselamart, praktisi komunikasi menjadi salah satu profesi yang sangat penting untuk berbagai jenis industri di seluruh dunia.
Mengutip Indeed, konsultan PR adalah penasihat yang diandalkan oleh sebuah perusahaan atau tokoh untuk membentuk dan meningkatkan citra di depan publik.
Seorang PR consultant harus memberikan informasi mengenai kliennya dengan berbagai cara, seperti memberikan siaran pers atau mengadakan acara yang menarik.
Selain itu, seorang praktisi komunikasi juga harus selalu melakukan pendekatan dengan klien atau narasumber agar hubungan keduanya terjalin erat.
Baca juga: Q&A: Bela Dienna Bicara Humas, Siaran Pers, dan Kesehatan Mental
Gadizsa Zselamart, Chief Executive Officer dari PRASA Komunikasi, membagikan pengalamannya sebagai praktisi komunikasi kepada RadVoice Indonesia. Berikut selengkapnya.
Sejak kapan Gadizsa Zselamart menggeluti profesi ini? Apakah background yang dibutuhkan?
“Berkarier sebagai seorang praktisi komunikasi itu sejak 2013. Sebelumnya, saya sudah menjadi jurnalis TV selama beberapa bulan.
“Awal memilih karier di dunia TV itu karena saya memang kuliah jurusan komunikasi di Universitas Indonesia dan peminatannya di bidang jurnalis TV. Jadi, setelah lulus kuliah S1 saya coba untuk berkarier sesuai background pendidikan.
“Sebelum saya akhirnya berkarier sebagai praktisi komunikasi, saya sempat melanjutkan sekolah di Belanda dan Inggris untuk gelar pascasarjana di bidang international communications.
“Di jurusan itu saya mempelajari public diplomacy, PR, serta development communications.
“Setelah itu, saya baru memulai karier sebagai konsultan Edelman. Saya akhirnya menetapkan hati untuk menggunakan keahlian ini untuk isu-isu nonprofit.”
Apakah tugas utama Gadizsa Zselamart sebagai praktisi komunikasi?
“Saat ini, saya menjabat sebagai Chief Executive Officer di PRASA Komunikasi.
“Perusahaan ini memiliki semangat untuk berkontribusi dalam membantu pencapaian communication goal dari aktor-aktor pembangunan, sosial, atau kemanusiaan.
“Jadi, saya saat ini lebih banyak menangani klien dari lembaga nonprofit yang berhubungan dengan aksi-aksi sosial.”
Bagaimana pengalaman Gadizsa Zselamart sebagai jurnalis membantu karier sekarang?
“Pengalaman saya sebagai jurnalis sedikit banyaknya yakni dapat membuat saya merasakan dan memahami perspektif wartawan. Konsultan komunikasi lain mungkin tidak merasakannya.
“Dengan berbekal ilmu jurnalisme, saya selalu memastikan bahwa informasi yang kami berikan kepada teman-teman wartawan memiliki nilai berita atau newsworthy. Hal itu merupakan wujud apresiasi saya yang tinggi terhadap profesionalisme jurnalis.
Baca juga: 3 Tips Menulis Artikel Layaknya Jurnalis
“Hal tersebut saya lihat bukan hanya bagian dari media relations saya dengan teman-teman wartawan. Ini juga upaya saya dalam membentuk atau menjaga nama baik klien sebagai sumber berita yang kredibel.”
Apakah tips dari Gadizsa Zselamart untuk orang-orang yang ingin career switch dari wartawan menjadi praktisi PR?
“Tips dan trik untuk career switch dari wartawan menjadi konsultan PR itu sebenarnya banyak banget.
“Semua dapat dikerjakan secara otodidak, tetapi ada beberapa hal yang perlu diperhatikan.
“Pengalaman bekerja sebagai wartawan akan jadi kekuatan dalam beberapa skill kunci dari seorang konsultan PR.
“Misalnya: cara berpikir runtut dan based on data ataupun menulis dengan efektif. Saya juga yakin salah satu attitude wartawan yang akan jadi strength di dunia ini adalah kegigihannya.
“Tapi there are more beyond than those when we want to be a good communications expert.
“Ada skill-skill lain yang harus dipelajari, seperti memperluas jarak pandang dalam melihat sebuah isu atau biasa dikenal dengan helicopter view.
“Ini akan sangat membantu kita menjahit berbagai informasi dalam membuat rencana kerja yang strategis atau rekomendasi kepada klien.
Baca juga: 3 Kunci Membangun Media Relations yang Erat
“Meskipun banyak orang sering bilang menjadi praktisi humas bisa otodidak, saya tetap yakin bahwa sekolah lagi untuk belajar teori, konsep, dan case study itu sama pentingnya dengan terjun langsung di lapangan.
“Kalau kita punya keleluasaan, silakan menempuh jalur pendidikan formal. Tapi jika tidak, banyak kanal yang bisa dicoba, apakah itu course yang offline maupun online.
“Dengan belajar lagi, kita bisa dengar penilaian dari expert atau pelatih maupun dosen. Kita pun paham mana yang benar dan yang salah.”
Wawancara dengan Gadizsa Zselamart dilakukan pada Senin, 29 Januari 2024. Percakapan ini telah diedit agar lebih ringkas.