Dalam wawancara bagian kedua dan terakhir dengan RadVoice Indonesia, Feby Indirani memaparkan apa sajakah yang ia lakukan demi menulis artikel berkualitas.
Penulis sepuluh buku dan mantan jurnalis beberapa media Indonesia ini berpengalaman menulis artikel berkualitas lintas topik. Berikut insight yang RadVoice rangkum dari percakapan dengan Feby beberapa waktu lalu.
Apa yang Harus Dilakukan demi Menulis Artikel Berkualitas?
Feby membagikan lima hal yang senantiasa ia kedepankan selama menulis artikel berkualitas untuk berbagai klien dan sektor. Baca juga tiga tips menjadi penulis sukses dari Feby.
Cara Menulis Artikel Berkualitas #1: Menyentuh Emosi
“Penulis fiksi, kan, biasanya memang lebih mengeksplorasi sisi-sisi emosi dibandingkan penulis nonfiksi. Dan kita cenderung berpikir bahwa nonfiksi itu lebih objektif, berjarak, lebih ‘dingin’, dan lebih ‘kering’.
“Padahal, sebenarnya tidak serta-merta harus seperti itu. Artinya, sisi-sisi emosional, sisi-sisi yang sifatnya itu menyentuh emosi itu juga bisa dipraktikkan di dalam penulisan nonfiksi.
“Menurutku, ketika hal-hal yang disampaikan itu menyentuh emosi pembaca, itu akan lebih menempel di dalam benak, di dalam ingatan audiens. Jadi, penting juga bagi penulis nonfiksi untuk memperhatikan aspek emosional dari kontennya, dari tulisannya. Entah itu membuat terharu atau membuat berpikir. Ada aspek kejutan, atau juga mungkin humor.
“Bagi penulis nonfiksi, karena fokusnya kerap pada menjelaskan persoalan atau topik, sisi-sisi emosional itu tidak begitu digarap.”
Cara Menulis Artikel Berkualitas #2: ‘Selalu Siap Menjadi Pemula’
“Stay hungry, stay foolish kalau kata Steve Jobs, almarhum pendiri Apple. Artinya, memang kita harus selalu siap untuk menjadi pemula. Seberapa banyak pun kita belajar, selalu ada saja hal yang tidak kita ketahui. Tentu saja, siap untuk menjadi gelas kosong dan tidak cepat terintimidasi dengan banyak orang di sekitar itu.
“Karena hari-hari ini, banyak banget orang yang mengaku dirinya pakar. Ternyata, setelah kita mendalami orang tersebut, oh, ternyata tidak seahli itu.
“Menurut saya, yang penting adalah terus belajar tapi sambil mengusahakan agar kita lebih mempelajari metodenya. Belajar tanpa FOMO (takut tertinggal). Kalau FOMO, kita akan belajar ke sana kemari. Ada ini ikut, ada itu ikut. Namun itu tidak metodis. Yang paling penting itu belajar, tetap terbuka dengan hal baru, dan tidak berhenti belajar.
“Selain itu, ketahui apa yang kita inginkan dan fokus kita lagi ingin belajar tentang apa.
“Misalnya, kita ingin mendalami tentang penulis A, ya sudah, kita fokus dan mendalami dia. Mengapa dia bisa menulis artikel berkualitas? Ibarat membongkar radio untuk kemudian dipasang ulang. Jadi, kita mengetahui bagaimana hal-hal ini bekerja.
“Kita pun mengetahui, oh, kekuatan penulis A di sini. Mengapa ia bisa menulis dengan baik? Cari tahu apa yang sedang kita butuhkan dan kepada siapa kita harus berguru.”
Baca juga: 5 Cara Menjadi Penulis Freelance untuk Pemula
Cara Menulis Artikel Berkualitas #3: Memaparkan Karakter Manusia yang Utuh
“Menulis karakter manusia itu yang lengkap, jadi tidak hanya sisi kuat tapi ada sisi lemahnya.
“Tidak hanya bahwa dia itu selalu berprestasi, selalu berbuat baik, selalu sempurna, tidak ada celah, tapi bahwa dia punya sisi-sisi yang lemah juga, bahwa dia punya sisi sisi konyol juga, bahwa dia punya sisi-sisi yang orang tidak sangka, dan sebagainya.
“Jadi, ada hal yang bertolak belakang, yang berlawanan, dan kadang-kadang kontradiktif.
“Untuk nonfiksi, kombinasi dari sekian banyak hal itulah yang menjadikan suatu karakter menjadi karakter unik. Menggambarkan karakternya itu juga dengan mengambil salah satu cara pikir dia yang unik. Atau kenangan masa kecilnya. Atau sesuatu yang hanya dia yang mengalami.
“Itu biasanya menyentuh sisi emosional, jadi pembaca kita bisa relate ketika kita menceritakan pengalaman karakter ini. Biasanya, sih, pembaca sering berusaha untuk menemukan diri mereka sendiri di dalam teks atau hal-hal yang mereka konsumsi di berbagai medium.
“Ketika karakter-karakternya itu memiliki perasaan-perasaan emosional dan pengalaman yang menyentuh, pembaca akan mudah merasa relate dan merasa terwakili juga. Audiens akan lebih terlibat dengan karakter ini.”
Baca juga: 3 Cara Menulis Konten yang Relate dan Disukai Banyak Orang
Cara Menulis Artikel Berkualitas #4: Selesaikan Apa yang Dimulai
“Sangat penting untuk memaksakan diri menyelesaikan tulisan. Saya menjumpai banyak sekali orang yang bilang ingin menulis, tapi kemudian end up tidak pernah menyelesaikan apa pun.
“Apa pun yang ingin ditulis, selesaikan terlebih dahulu. Rampungkanlah. Karena kalau tidak ada yang selesai, tidak ada yang bisa diperbaiki. Selesai lebih baik dari sempurna. Semua yang bisa diselesaikan itu, ya, nantinya akan bisa diperbaiki.”
Kesulitan menyelesaikan artikel Anda? Hubungi RadVoice sekarang!
Cara Menulis Artikel Berkualitas #5: Menjadi ‘Pendengar Selektif’
“Orang itu pasti akan memiliki opini dan pendapat, padahal tidak semuanya perlu kita dengar. Jadilah pendengar selektif, dari orang yang memang tepat. Jangan mencari feedback dari orang-orang yang kita tidak ingin teladani, atau bahkan yang tidak mengerti apa-apa tentang menulis.
“Namun kita juga perlu mendengar dari pembaca ‘awam’, tapi kita tidak bisa mengikuti semua orang. Intinya, kita harus memilih ingin mendengarkan siapa. Bagus juga untuk memiliki pembaca pertama atau kedua, sekelompok pembaca awal atau sesama teman penulis yang kita percaya memiliki niat baik ke kita. Jangan mengacu kepada penulis yang kompetitif parah dan bawaannya negatif terus.”
Wawancara dengan Feby Indirani dilakukan pada Kamis, 11 Juli 2024 dan Sabtu, 13 Juli 2024. Percakapan ini telah diedit agar lebih ringkas.