David Andreas, wartawan TVS (sebelumnya TV Sarawak) di Jakarta sejak Maret 2022, meyakini bahwa berita berimbang mampu mempertajam kualitas jurnalisme dan meningkatkan kepercayaan publik terhadap media massa.
David telah melaporkan berbagai berita terkini di Indonesia, mulai dari perayaan Idul Fitri di tanah air hingga evakuasi warga negara Indonesia dari krisis di Sudan dan dampak IKN terhadap Malaysia. Ia berprofesi sebagai jurnalis sejak 2015, pertama menjadi asisten produksi dokumenter tvOne di Indonesia.
Menurut David, kelemahan verifikasi dan kegagalan memproduksi berita berimbang dapat menciptakan hoaks. Baginya, itu adalah “dosa terbesar” setiap media.
Publikasikan perusahaan Anda di berbagai media online Indonesia sekarang! Hubungi RadVoice.
David Andreas Konsisten Menghasilkan Berita Berimbang
David membagikan berbagai poin penting dalam proses peliputan, termasuk kewajiban menghasilkan berita berimbang, dalam bagian kedua wawancaranya dengan RadVoice Indonesia.
Dari segi meliput untuk media asing, apakah best practice Anda dari sisi angle maupun konten?
“Saya juga pernah kerja di media lokal. Kalau dibandingkan dengan media asing, itu benar-benar berbeda.
Baca juga: Bagaimana Jurnalis Media Malaysia David Andreas Meliput Indonesia ‘Negara Besar’
“Apalagi media Malaysia, contohnya. Hal-hal kecil, sepele, itu benar-benar membuat kita hati-hati karena kalau salah menulis, itu akan merusak hubungan bilateral kedua negara. Misalkan, ada isu-isu antara kedua negara yang sedang dalam ketegangan. Kita harus memikirkan bagaimana mengeluarkan berita tapi tidak ‘ngomporin’. Kita harus cover both sides (meliput kedua sisi). Itu paling utama.
“Harus berimbang, harus mengafirmasi kedua pihak. Bagaimana caranya agar angle-nya tidak menyudutkan salah satu sisi. Di situ agak tricky.
“Kalau sebagai media asing, rata-rata memang harus bisa mengeksplor ide-ide yang berbeda dibandingkan media kebanyakan. Walaupun saya menulis hard news, tetap saja news value-nya harus ada yang berbeda dibandingkan media-media sini.”
Baca juga: Liputan Media Asing Leo Galuh Memenuhi Kriteria ‘Menarik dan Relevan’
Anda tadi menyebutkan prinsip ‘cover both sides‘ demi memproduksi berita berimbang. Mengapa demikian?
“Cover both sides, saya paling mengutamakan itu. Saya tidak mau sekadar mendengarkan dari satu sisi, langsung dibikin beritanya. Saya harus confirm ulang, confirm beberapa kali. Kalau misalnya, maaf, hanya mendengar ‘katanya…’, itu kita seperti downgrade kualitas liputan.
“Sebagai jurnalis, kita sejatinya harus berimbang, tidak asal bikin berita. Itu, kan, kelebihan kita. Kita punya privilege untuk konfirmasi dan memastikan data itu valid. Kalau tidak, apa bedanya kita dengan netizen?”
Baca juga: 3+ Prinsip Jurnalistik yang Wartawan Kompas Frenky Wijaya Pegang Teguh
Apakah tips-tips dari Anda untuk bekerja di media asing?
“Kembangkan terus kemampuan. Pasalnya, media luar juga tidak bakal sembarangan nge-hire orang kalau memang orang itu tidak capable.
“Jadi, pastikan Anda bisa menggali potensi dalam diri. Harus confident bisa explore diri. Misalkan, ditawarin bekerja di media asing. Ketika Anda mengiyakan, Anda harus memberikan keputusan itu. Dan Anda harus bertanggung jawab tentang keputusan itu. Jangan iya-iya saja, tahunya tidak bisa. Bikin malu juga.
“Dan terus harus siap men-challenge diri sendiri. Misalnya, saya di Indonesia. Ada teman saya orang Malaysia tidak bisa mengambil video dan foto karena expertise-nya hanya menulis.
“Kalau saya, saya ‘sikat’ semuanya. Itu mungkin salah satu kenapa media mau meng-hire saya. Ketika Anda bisa menulis, berpikir seperti naskah berita TV, ambil video juga, foto juga, itu paket lengkap. Itu menjadi nilai tambah buat diri kita. Kita juga berkaryanya nyaman. Nah, itu mungkin menjadi opsi mereka untuk meng-hire kita.”
Baca juga: Jurnalis Senior Leo Galuh Membagikan Cara Menjadi Freelancer Media Asing
Wawancara dengan David Andreas dilakukan pada Senin, 15 Juli 2024. Percakapan ini telah diedit agar lebih ringkas.