Mengembangkan karier yang tidak linear dengan pendidikan di bangku kuliah bukan hal yang aneh. Siapa sangka, chief editor dari kanal berita jurnalisme pajak Danny Darussalam Tax Center (DDTCNews), Sapto Andika Candra, memulai kariernya bukan dari dunia jurnalistik atau pajak, melainkan bidang Teknik Geofisika.
“Ya, saya dulu lulus dari Teknik Geofisika. Sempat bekerja di proyek eksplorasi geofisika selama sekitar 1,5 tahun. Tapi setelah itu, nasib membawa saya ke dunia jurnalistik,” kata Sapto mengawali ceritanya kepada RadVoice Indonesia.
Seperti kata pepatah, jalan hidup tak harus selalu lurus. Dari eksplorasi bawah tanah hingga menyusun berita pajak yang tajam dan akurat, Sapto menunjukkan bahwa karier bisa berkembang sejauh apa pun asalkan ditekuni dengan sepenuh hati.

Baca juga: Guru Besar UGM Ana Nadhya Abrar Bicara Alasan Jurnalisme Bisnis Kalah Bersaing
Awal Mula Menyelami Jurnalisme Pajak
Sapto bercerita, perjalanan karier jurnalistiknya dimulai pada tahun 2014 sebagai calon reporter di Harian Republika. Di sanalah ia menemukan passion barunya.
Mulai dari meliput beragam isu sosial hingga mendapat penugasan sebagai wartawan Istana Kepresidenan (2018–2021), Sapto menganggap profesi ini sebagai cara Tuhan mewujudkan impian masa mudanya, yaitu berkeliling Indonesia dan bertemu berbagai lapisan masyarakat.
Selama di Republika, Sapto pernah ditempatkan pada pos isu ekonomi makro. Di dalamnya termasuk membahas isu perpajakan. Kemudian tantangan kembali datang setelah dia menerima tawaran pekerjaan baru.
Pada tahun 2021, Sapto bergabung dengan dengan DDTCNews, sebuah media berbasis pajak yang berada di bawah naungan konsultan pajak ternama Danny Darussalam Tax Center (DDTC).
Kini, Sapto dipercaya menjadi nakhoda redaksi sebagai Chief Editor.
Menulis Pajak dengan Bahasa yang Membumi
“Topik pajak itu berat dan segmented. Oleh karena itu, kami di DDTCNews berupaya menyajikan berita dengan bahasa yang membumi,” jelas Sapto.
Proses editorial di DDTCNews, lanjut Sapto, juga dilakukan secara berlapis, dari reporter ke editor, dengan semangat kolaboratif dalam tim yang kecil namun solid.
Selain menyajikan straight news, DDTCNews juga menghadirkan konten dalam bentuk feature, infografis, hingga video pendek. Semua ini bertujuan agar pajak, yang tentunya seringkali dianggap membosankan dan rumit, menjadi lebih mudah dipahami dan relevan bagi pembaca awam.
Gaya penulisan pun dia tekankan harus disesuaikan. “Kami sering menambahkan penjelasan tentang istilah teknis pajak di bagian penutup artikel, supaya pembaca yang belum familiar tetap bisa mengerti konteksnya,” jelas Sapto.
Ia mencontohkan saat membahas topik seperti “Pajak Minimum Global”, redaksi akan selalu menyisipkan informasi pendukung secara ringkas tapi informatif.

Baca juga: Memahami Jurnalisme Sastrawi: Seni Bercerita Melalui Berita
Akurasi Jurnalisme Pajak di Tengah Arus Informasi
Di tengah cepat dan derasnya arus berita di kanal online, Sapto menjelaskan bahwa DDTCNews tetap memegang teguh prinsip akurasi dan kredibilitas.
“Kami hanya mengandalkan sumber-sumber resmi, seperti regulasi pemerintah, hasil kajian lembaga kredibel, dan data valid,” kata Sapto.
Dengan bangga Sapto menceritakan bahwa salah satu keunggulan mereka adalah keberadaan DDTC Library, perpustakaan perpajakan terbesar di Indonesia.
“Ini menjadi sumber rujukan penting dalam proses peliputan dan penyusunan berita. Dengan dukungan referensi yang kuat, kami berupaya agar informasi yang disajikan tak hanya cepat, tapi juga terpercaya,” kata Sapto.
Gaya bahasa dalam DDTCNews dirancang agar tetap profesional namun tidak kaku. Menurut Sapto, pendekatan dalam jurnalisme pajak ini penting karena isu perpajakan dia akui kurang populer di kalangan umum.
Infografis harian menjadi salah satu cara andalan mereka dalam menyampaikan informasi berita pajak yang kompleks menjadi lebih menarik.
“Sampaikan yang rumit dengan cara yang mudah, itu prinsip kami. Kalau bisa disederhanakan tanpa menghilangkan esensi, kenapa tidak?” tuturnya.
Baca juga: Jurnalisme Radio bagi Astri Septiani: Seni Menyampaikan Berita dengan Suara
Kesimpulan
Bagi jurnalis muda yang ingin menapaki bidang pajak, Sapto punya tips jitu, yaitu setidaknya berani terjun ke pos peliputan ekonomi. Menurutnya minimal reporter tersebut memahami isu ekonomi makro. Lalu pelan-pelan dia akan mempelajari isu perpajakan.
Ia menyarankan para jurnalis muda untuk banyak membaca artikel ekonomi, jurnal, dan buku-buku perpajakan. Untuk yang ingin lebih serius, mengambil kursus perpajakan Brevet A dan B bisa menjadi batu loncatan yang penting.
Dia meyakini bagi siapapun yang ingin mempelajari isu perpajakan, tidak harus langsung mahir, yang penting ada keinginan belajar. Sebab, dunia perpajakan luas dan terus berkembang. Sehingga, akan selalu ada ruang bagi jurnalis yang ingin tumbuh di dalamnya.
Wawancara dengan Sapto Andika Candra dilakukan pada Senin, 7 Juli 2025. Percakapan ini telah diedit agar lebih ringkas.