Jika Anda konsisten menulis opini di media, Anda dapat membangun personal branding sebagai pakar. Rutin mempelajari contoh artikel opini yang tayang di media adalah langkah awal yang membantu Anda untuk mencapai hal tersebut.
Baca juga: 3 Alasan Anda Perlu Menulis Opini untuk Media, Salah Satunya Personal Branding
RadVoice Indonesia telah merangkum beberapa contoh artikel opini yang berhasil dimuat di media. Anda bisa mencermati tulisan-tulisan tersebut, dari segi tema yang diangkat hingga teknik penulisan.
5 Contoh Artikel Opini yang Layak Tayang di Media
Contoh artikel opini yang terlampir dalam setiap poin ulasan di bawah ini bisa menjadi referensi Anda ketika menulis opini di media.
Kesesuaian antara Judul dan Isi
Menulis judul yang menarik dan selaras dengan isi tulisan menjadi wajib jika Anda ingin menulis opini di media.
Contoh artikel opini yang disertakan di bawah ini memiliki judul yang terkesan agak panjang. Akan tetapi, Anda akan paham mengapa penulis butuh judul sepanjang ini usai membaca isinya.
Tulisan Hent AjoLeda, staf pengajar Program Studi Ilmu Pemerintahan di STPM Santa Ursula Ende, diterbitkan oleh Kumparan pada 26 Juni 2024 dengan judul “Menakar Dampak dan Tantangan Gig Society dalam Ekonomi Digital di Indonesia”.
Penulis menyadari gig society (fenomena di mana pasar kerja memiliki pekerja freelance atau bersifat jangka pendek) barangkali bukan tema yang populer di kalangan awam.
Karena itu, dalam artikelnya, penulis merasa perlu menjelaskan apa yang hendak ia paparkan melalui judul yang lebih panjang. Ia tidak ragu menjelaskan dengan gamblang beberapa istilah di awal paragraf.
Menjelaskan istilah-istilah di awal tulisan merupakan langkah yang tepat guna memastikan pembaca dapat memahami maksud gagasan penulis.
Pesan Tunggal yang Jelas
Artikel opini adalah tulisan yang didasari oleh pendapat dan argumen pendukung.
Dalam memaparkan argumen-argumen tersebut, penulis kadang tergoda untuk menyertakan banyak pesan sekaligus.
Hal ini sebaiknya dihindari karena pesan yang banyak justru akan mengurangi efektivitas pesan. Audiens tidak akan memahami pesan dengan baik atau malah akan berhenti membaca artikel tersebut.
Baca juga: 3 Cara Menulis Argumen yang Solid, Berlaku untuk Semua Jenis Artikel
Salah satu contoh artikel opini yang memenuhi kriteria ini adalah artikel Kompasiana oleh Muhammad Dahron dengan headline “Mungkinkah Ruang Kerja Bersama Gratis di Daerahku Menjadi Kenyataan?” Tulisan ini ia publikasikan di akunnya pada 23 Juni 2024.
Dalam artikel tentang ruang kerja bersama gratis ini, penulis menyampaikan sebuah pesan tunggal yang terbaca dengan jelas, mulai dari judul hingga penutup tulisan.
Ini merupakan contoh artikel opini yang mengangkat isu lama, dengan kemasan yang baru.
Penulis juga memberikan argumen pendukung yang lengkap menggunakan data yang beragam. Penulis mengakhiri artikel dengan menawarkan beberapa solusi yang bisa dilakukan oleh pihak-pihak terkait.
Pembahasan Disertakan dalam Beberapa Subtema
Terkadang, sebelum mengerucut pada suatu fokus yang spesifik, penulis merasa perlu memberikan gambaran yang lebih luas. Hal ini dilakukan agar pembaca bisa memahami konteks dengan lebih menyeluruh.
Dalam memberikan gambaran yang luas atau menyuguhkan sudut pandang yang unik, Anda bisa memecah pembahasan ke dalam sub-subtema di dalamnya.
Contoh artikel opini tentang media sosial di bawah ini memberikan gambaran lebih jelas tentang penggunaan subtema tersebut.
Kolom Inayah Hidayati berjudul “Media Sosial dan Lanskap Mobilitas Pariwisata” untuk detikNews diterbitkan pada 11 Juni 2024.
Sesuai kata ‘lanskap’ yang disematkan dalam judul, penulis memberikan gambaran dan latar belakang yang cukup luas.
Namun, berkat beberapa subtema yang ia sertakan, tulisannya menjadi lebih mudah dipahami. Subtema, bagaikan sekat-sekat yang membagi topik pembahasan, namun masih terhubung satu sama lain.
Penulis menjabarkan argumennya dengan runut dan detail, dengan kesimpulan yang ia letakkan di awal dan akhir paragraf. Meski menggunakan banyak kalimat panjang, maksud kalimatnya cukup mudah untuk dipahami.
Pemilihan Kata Sederhana
Ketika menulis opini di media, penulis terkadang tanpa sadar ingin mengesankan pembaca.
Dari keinginan ini, muncullah beberapa tindakan seperti menggunakan istilah-istilah yang rumit dan memiliki kesan intelek.
Tulisan Karmin Winarta berjudul “Hidup di Desa dan Ilusi Slow Living“ yang diterbitkan detikNews pada 11 Juni 2024 menjadi contoh artikel opini yang baik tentang bagaimana menyusun tulisan yang mengesankan namun tetap mudah dipahami pembaca.
Karmin membuka tulisannya dengan menggunakan kalimat-kalimat pendek. Bahkan, ia juga menggunakan kalimat langsung. Namun, data-data yang ia paparkan sebelumnya, ia bantah sendiri di paragraf berikutnya. Hentakan yang tiba-tiba ini seolah membuka mata pembaca lebih lebar.
Karmin memberikan kesimpulan di akhir paragrafnya, sesuatu yang sudah tertebak jika Anda mencermati judul dengan teliti. Pemakaian kata ‘ilusi’ di dalam judul tentu saja bukan tanpa alasan, bukan?
Pilihan Kata Kekinian
Media selalu menyukai kebaruan. Dengan memilih media yang tepat, Anda bisa memilih pilihan kata yang menarik hati para pembaca.
Tentu, sebelumnya Anda juga harus mencermati karakteristik pembaca dan media tersebut.
Menggunakan dua kata kekinian dalam judul, tulisan Muhamad Rajif berjudul “E-Sport dan Gen Z” yang diterbitkan GEOTIMES pada 13 Juni 2024 adalah contoh artikel opini yang mampu menyajikan tulisan yang komprehensif.
Tanpa perlu bertele-tele, penulis hanya menambahkan kata sambung ‘dan’ di antara dua topik yang dipilihnya, yaitu e-sport dan Gen Z. Ia lalu membuka tulisan dengan memberikan gambaran singkat mengenai dua topik tersebut.
Hingga akhir paragraf, penulisan dengan konsisten memberikan hubungan antara dua topik tersebut, apa saja kaitan di antara keduanya, dan bagaimana keduanya bisa saling berdampak.
Kesimpulan
Kelima contoh artikel opini di atas merupakan opini yang telah tayang di media dan lolos kurasi. Anda bisa menggunakan panduan-panduan di atas untuk mencermati contoh artikel opini lainnya.
Berikut lima unsur dalam contoh-contoh artikel opini ini yang dapat Anda jadikan referensi.
- Kesesuaian antara judul dan isi;
- Pesan tunggal yang jelas;
- Pembahasan disertakan dalam beberapa subtema;
- Pemilihan kata sederhana;
- Pilihan kata kekinian.