Bagi content strategist Aisha Ria Ginanti, pekerjaannya memiliki tanggung jawab yang lebih luas dari pada lingkup kerja penulis dan editor.
“Seorang content strategist harus fokus membuat content plan dan strategy untuk website atau social media,” ujarnya.
“Nantinya, content plan dan strategy yang dibuat oleh content strategist ini yang akan dieksekusi oleh content writer,” tambahnya.
Content strategist tidak sekadar membuat konten. Menurut Mediabistro, content strategist adalah posisi yang mewajibkan memproduksi konten yang sejalan dengan brand, sembari membuat pelanggan tetap terlibat dengan konten yang dibuat.
Aisha Ria Ginanti menekankan pentingnya posisi content strategist, khususnya di industri-industri terkait.
“Jika perusahaannya memang fokus di bidang content production, ya, berarti sangat penting sekali untuk punya content strategist,” katanya.
Ia berkarier sebagai content strategist di sebuah perusahaan e-commerce Indonesia sejak 2019. Pengalamannya sebagai jurnalis majalah maupun editor dan penulis konten untuk website dan media sosial membawanya ke titik ini.
Selain itu, ia juga masih mengedit artikel dari kontributor untuk memastikan apakah kualitas tulisan sudah sesuai yang diinginkan atau belum.
Ia membagikan pengalaman dan tips-tipsnya sebagai content strategist kepada RadVoice Indonesia.
Apakah yang perlu diperhatikan seorang content strategist ketika merencanakan konten?
“Bisa dibilang, content strategist itu berada di atasnya editor atau writer, ya.
“Misalnya, untuk website, seorang content strategist perlu mengetahui dulu objektif adanya website atau blog ini. Apakah sekadar ingin meningkatkan traffic atau dengan conversion (menghasilkan penjualan) juga?
“Setelah itu, analisis user dari blog atau website tersebut seperti apa karakternya.
“Dari situ, kita menyusun strategi seperti apa yang harus diterapkan agar konten yang dibuat dibaca pengguna. Itu akhirnya menghasilkan traffic atau conversion.
“Biasanya kami memakai beberapa tools seperti beberapa keyword tool gratis untuk SEO. Analisis website kita dan website kompetitor juga penting.
“Setelah dapat insight-nya, baru lanjut membuat content plan-nya.”
Baca juga: Saat Membuat Content Plan, Wajib Jawab 3 Pertanyaan Ini!
Adakah kesalahan yang pernah dilakukan?
“Dibanding membuat kesalahan, lebih ke strategi yang digunakan. Hasilnya tidak sesuai harapan, bukan kesalahan.
“Misalnya, saya sudah mencari keyword dengan search volume besar, terus cek keyword di blog itu performanya bagus juga.
“Setelah dipublikasikan di blog website kami, ternyata traffic-nya tidak terlalu bagus. Traffic yang tidak terlalu bagus itu yang performanya di bawah rata-rata. Tidak bisa disebutkan angka jelasnya, sebab tergantung dari performa web itu biasanya seperti apa.
Baca juga: 3 Cara Mendatangkan Traffic ke Website, Bukan Hoax!
“Misalnya, biasanya artikel serupa dalam sehari bisa menghasilkan 1.000 klik. Namun, artikel yang baru ini ternyata tidak sampai 200 klik per hari. Itu berarti tidak bagus.
“Pasalnya, tidak ada yang pasti di perkontenan, apalagi soal hasil akhirnya.
“Tidak ada jenis artikel tertentu yang selalu dijamin akan dapat traffic yang bagus. SEO dan Google tidak ada yang bisa memastikan. Kita hanya bisa memperkirakan.
“Hanya saja, umumnya yang menghasilkan traffic cukup bagus di semua kategori itu adalah jenis artikel review produk dan rekomendasi produk.”
Adakah tips-tips untuk para profesional yang ingin merambah dunia content strategist?
“Harus selalu pintar analisis dan keep up with the trend secara keseluruhan.
“Ilmu yang dipakai oleh content strategist itu tidak ada yang pasti.
“Bisa jadi strategi A berhasil diterapkan di satu blog, tetapi tidak berhasil saat diterapkan di blog lainnya.
“Intinya, berkembang sesuai tren dan update dari content platform-nya. Harus bisa cepat beradaptasi untuk menyesuaikan strategi atau plan baru yang lebih cocok.”
Wawancara dengan Aisha Ria Ginanti dilakukan pada Jumat, 8 Maret 2024. Percakapan ini telah diedit agar lebih ringkas.