Table of Contents
Subscribe to Insights and Updates

Kiprah Betty Herlina Menyuarakan Kesetaraan Lewat Bincang Perempuan

Betty Herlina adalah pendiri dan pemimpin redaksi Bincang Perempuan.

Kegelisahan Betty Herlina terhadap representasi perempuan yang minim di media, membuatnya tergerak mendirikan Bincang Perempuan.

Media lokal yang berbasis di Bengkulu ini fokus pada isu-isu perempuan dan anak muda dalam berbagai perspektif, mulai dari lingkungan, sosial, budaya, kesehatan, hingga politik.

Betty telah merintis karier di media lokal sejak Agustus 2008. Ia sempat menjadi jurnalis lepas di sejumlah media hingga akhirnya mendirikan Bincang Perempuan.

Betty menjelaskan awal mula berdiri medianya, proses penyuntingan, serta alur kerja redaksi dan media niche.

Kiprah Betty Herlina Menyuarakan Kesetaraan Lewat Bincang Perempuan

RadVoice Indonesia mewawancarai Betty Herlina, founder sekaligus pemimpin redaksi Bincang Perempuan. Berikut selengkapnya.

Bagaimana asal-usul terbentuknya Bincang Perempuan?

“Bincang Perempuan berawal dari program Citradaya Nita 2019-2020 yang digelar Perhimpunan Pengembangan Media Nusantara. Sebagai tugas akhir, saya merilis bincangperempuan.com.

“Tujuannya agar ada ruang dan wadah bagi jurnalis perempuan, khsususnya di Bengkulu.

Pemimpin redaksi Bincang Perempuan, Betty(kedua dari kiri), saat mengikuti kegiatan bersama sejumlah rekannya. (Semua foto oleh Betty Herlina)

“Saya merasakan sendiri menjadi jurnalis perempuan dari daerah tidak mudah.

“Peluang dan kesempatan belajar yang kami dapatkan itu tidak sama dengan jurnalis yang tumbuh di kota besar, termasuk kemampuan menulis dan mengolah isu.

“Selain itu, saya juga prihatin dengan representasi perempuan yang ada di media. kesadaran itu tumbuh setelah saya berkarier 10 tahun di media lokal.”

Apa yang membedakan Bincang Perempuan dengan media perempuan lainnya?

“Dalam perjalanan dua tahun ini, kami berusaha untuk menjadi berbeda, salah satunya dengan benar-benar hanya fokus dengan isu perempuan.

Baca juga: 3 Tips Menulis Konten Sensitif Gender, Hindari Kalimat Seksis!

“Kami tidak menyentuh ranah selain isu tersebut, kami tidak melakukan advokasi dalam bentuk pelayanan.

“Advokasi yang kami lakukan lewat tulisan, mencoba menjadi lebih hyperlocal dengan mengangkat lebih banyak cerita lokal dan komunitas.”

Sebagai pemimpin redaksi, bagaimana Anda memfilter kualitas reportase dari staf redaksi maupun kontributor Anda?

“Untuk memfilter tulisan di awal, saya akan meminta managing editor untuk melakukannya. Setelah clear, baru aku akan mengedit tulisan tersebut dan mempublikasinya.

Betty saat memperoleh beasiswa short course untuk belajar selama dua minggu di Queensland University of Technology (QUT), Brisbane, Australia.

“Untuk meningkatkan standar jurnalisme redaksi, kami menggelar pelatihan minimal satu kali dalam sebulan untuk semua tim.

“Redaksi Bincang Perempuan 80% remote dan merupakan anak muda, beberapa di antaranya masih mahasiswa.

“Selain itu secara bergiliran, saya juga memberikan kesempatan kepada teman-teman untuk ikut kegiatan dalam dan luar negeri agar masing-masing memiliki kesempatan belajar dan membangun jaringan.”

Apa sajakah tanggung jawab Anda sebagai pemimpin redaksi?

“Sehari-hari, tanggung jawab saya lebih ke bagaimana konten yang tampil di website dan media sosial bisa sesuai dengan DNA Bincang Perempuan.

“Saya juga mencari peluang dan menjalankan kerja sama dengan pihak ketiga, termasuk mencari dukungan finance agar redaksi kami tetap bisa berjalan.”

Apa tantangan terbesar Anda menjalankan media online, khususnya ketika membahas beberapa isu segmented?

“Tantangan terbesar kami adalah akses yang terbatas ke sumber daya, baik dalam bentuk dana, teknologi, serta jaringan profesional.

“Hal ini dapat menghambat kemampuan kami untuk menghasilkan konten berkualitas tinggi dan mencapai audiens yang lebih luas.

Betty menjadi moderator dalam sebuah acara diskusi.

“Untuk itu, kami berupaya mengamati apa yang menjadi tren saat ini, sesuai isu yang kami usung.

“Kami mencoba menawarkan perspektif lain dari tren dan dielaborasi dalam bentuk tulisan dan video di media sosial.”

Kesimpulan

Sebagai pemimpin redaksi, Betty berusaha membuktikan media dapat menjadi ruang yang terbuka dan representatif untuk suara perempuan.

Berawal dari kegelisahan minimnya pemberitaan tentang perempuan, Betty kini memberi ruang bagi isu-isu yang kerap diabaikan dengan memusatkan fokus liputan pada isu-isu perempuan.

Melalui kiprahnya, Betty telah membangun media yang tak hanya memberi suara pada perempuan, tapi juga menginspirasi masyarakat agar lebih menghargai kontribusi perempuan di berbagai bidang.

Wawancara dengan Betty Herlina dilakukan pada Senin, 21 Oktober 2024. Percakapan ini telah diedit agar lebih ringkas.

Get the latest updates delivered right to your inbox!
Having a problem? Email Us: hello@radvoice.id