Nadira ‘Ira’ Yasmine, editor buku nonfiksi Gramedia Pustaka Utama sejak 2016, memiliki berbagai kriteria yang ia jadikan acuan sebelum menentukan apakah naskah yang sampai di mejanya berhak mendapatkan cap Tulisan Berkualitas dan Layak Cetak.
Salah satunya adalah kedalaman pengetahuan penulis yang mendasari buah karyanya.
“Redaksi lebih menyukai naskah yang ditulis oleh pakarnya, karena ini berarti isi naskah bisa dipertanggungjawabkan oleh penulis yang memang ahli di bidangnya. Terlebih karena naskah nonfiksi pasti mengedepankan fakta,” jelas Ira.
Bagaimana Menghasilkan Tulisan Berkualitas menurut Ira
Kepada RadVoice Indonesia, Ira membagikan beberapa tips menghasilkan tulisan berkualitas yang ia dapatkan dari pengalamannya menjadi editor penerbit terkemuka tanah air.
Bukan hanya buku, berbagai saran berikut juga dapat menjadi referensi Anda sebelum menerbitkan tulisan berkualitas dalam format apa pun.
Sunting Tulisan Sebelum Publikasi
“Kesalahan umum yang biasanya dilakukan penulis adalah soal penulisan itu sendiri, entah salah ketik ataupun menulis tidak sesuai kaidah.
“Biasanya sebelum mengirimkan naskah, kami menganjurkan penulis untuk melakukan self-editing untuk meminimalkan kesalahan penulisan.
Baca juga: 3 Hal yang Harus Diperhatikan saat Self-Editing Artikel
“Hal ini tentu bukan alasan utama untuk menolak naskah tersebut. Tapi, editor pasti akan lebih senang me-review naskah yang rapi dibandingkan yang berantakan.”
Ketahui Pace Menulis
“Dalam proses penulisan naskah, saya selalu sampaikan kepada penulis untuk menulis sesuai pace-nya sendiri.
“Tiap penulis berbeda: ada yang ketika diberi tenggat waktu jadi bersemangat untuk menulis, tapi ada juga yang malah stuck dan hilang ide.
“Karena itu, sesuaikan dengan pace masing-masing, senyamannya, agar tulisan yang dihasilkan pun adalah yang terbaik.
“Tapi, tentu ini tidak menjadi alasan untuk menunda dan bermalas-malasan dalam menulis.
“Tulisan apa pun itu tidak akan selesai kalau tidak ditulis oleh penulisnya. So, you do you, but do your best!“
Perbanyak Bacaan
“Banyak membaca buku genre apa pun, dalam bahasa apa pun.
“Terus paparkan diri dengan tulisan dari penulis terbaik. Dan, jangan lupa pula untuk tetap mengikuti update hal-hal yang terjadi di sekitar kita, karena inspirasi bisa datang dari mana saja.”
Gunakan Bahasa Pembaca
“Tulislah hal yang semua orang bisa relate (relatable writing).
“Semakin dekat tulisan itu ke pembaca, semakin pembaca merasa relate dengan tulisan tersebut, semakin berdampak pulalah tulisan itu untuknya.”
Baca juga: 3 Cara Menulis Konten yang Relate dan Disukai Banyak Orang
Buat Kerangka Penulisan
“Dalam tahap awal proses penulisan, saya selalu meminta penulis untuk membuat mind map.
“Tuliskan ide atau topik besarnya dulu yang akan dituliskan, kemudian baru buat cabangnya menjadi bab-bab.
“Setelah selesai dengan cabang bab, fokus ke satu bab, lalu cabangkan lagi bab tersebut menjadi beberapa subbab.
“Lakukan pada semua bab, sampai akhirnya menjadi peta panduan hal-hal yang akan ditulis.
“Peta inilah yang menjadi acuan agar tidak ada yang bolong dalam penulisannya.
Baca: 3 Tips Membuat Struktur Artikel, Ternyata Mudah!
“Tentunya, untuk menulis karya yang solid secara konten dan argumen, pastikan untuk menulis sesuai fakta yang ada.
“Apabila diperlukan, selalu mengacu ke rujukan yang tepercaya dan jangan lupa untuk mencantumkan sumber rujukannya untuk menghindari plagiarisme.”
Hindari Plagiarisme dan SARA
“Naskah yang pasti ditolak adalah yang merupakan hasil plagiarisme dan mengandung SARA. Ini sangat tidak bisa ditoleransi.”
Wawancara dengan Nadira ‘Ira’ Yasmine dilakukan pada Jumat, 31 Mei 2024. Percakapan ini telah diedit agar lebih ringkas.