Menguasai perbedaan content writing vs copywriting menjadi panduan penting bagi setiap penulis konten untuk memahami pekerjaannya.
Yohanna Valerie, penulis konten di sebuah agensi periklanan di Jakarta Utara, menjelaskan kepada RadVoice Indonesia mengapa perbedaan content writing dan copywriting kerap dianggap samar. Padahal sebenarnya tidak.
“Banyak yang beranggapan kalau perbedaan content writer dan copywriter itu tidak ada. Apa sebabnya?
“Untuk saya yang bekerja di agensi periklanan, copywriter juga bertugas menulis konten.
“Begitu juga dengan saya sebagai penulis konten. Nasibnya sama. Tidak hanya menulis artikel, saya juga membuat caption di media sosial. Kadang-kadang membuat jingle. Penulis konten dibilang palugada alias harus serbabisa.
“Kedua bidang ini nyatanya membutuhkan kemampuan yang sama sekali berbeda. Keduanya memiliki tujuan akhir yang berbeda pula.
“Mari bicara perbedaannya dulu, yuk!”
Perbedaan Content Writing dan Copywriting menurut Yohanna Valerie
“Cara membedakannya: content writing itu menulis sesuatu yang lebih panjang. Entah itu artikel, konten media sosial, atau lainnya. Tugas utama penulis konten yaitu memberikan informasi dan pesan-pesan tertentu, tetapi bukan untuk menjual sebuah barang.
“Bagaimana dengan copywriting? Penggunaan copywriting ditujukan untuk berjualan. Teman saya bercerita, ketika diminta untuk menulis artikel, dia tidak sanggup. Kagok dan gugup, sebab terbiasa menulis sesingkat mungkin untuk menjual suatu produk.
Baca juga: 3+ Tips Membuat Copywriting yang Efektif
“Pekerjaan copywriting dan content writing tidak bisa dilakukan secara bersamaan. Jika dikerjakan berbarengan, akan terjadi hambatan tertentu. Pada dasarnya, penulis konten dan penulis copy memiliki spesialisasi berbeda, walaupun tugasnya sama-sama menulis.
“Di content writing, terdapat unsur-unsur sastranya. Sementara itu, copywriting lebih banyak memiliki unsur pemasaran dibandingkan sisi kebahasaannya.”
Proyeksi SEO dari Yohanna Valerie
“Menurut pengamatan saya, SEO sekarang lebih humanis.
“Beberapa tahun lalu ketika googling, saya sering menemukan artikel bersifat top page. Sayangnya, isinya tidak relevan, tidak menjawab pertanyaan, tetapi kata kuncinya banyak sekali.
“Untungnya, sekarang tidak lagi. Kini Google lebih menginginkan artikel atau konten bersudut pandang unik atau anti-mainstream.
Baca juga: Optimalkan Konten dengan Google E-E-A-T, Super Mudah!
“Namun, saya belum melihat realisasinya secara masif. Sebab, ketika saya mencari informasi dengan menggunakan keyword tertentu, hasil pencarian (SERP) masih berasal dari media mainstream, situs yang sudah solid SEO-nya, dengan judul yang mainstream juga.
“Menurut saya, mungkin karena Google baru mengajukan kebijakan ini, sehingga belum semua terimplementasi dengan baik.
“Pengamatan saya soal hasil pencarian ini juga saya temukan di media sosial. Saya melihat kecenderungan: generasi Z menggunakannya untuk mencari informasi.
“Buat saya, penggunaan Google sebagai alat pencari informasi sudah tidak sebanyak sebelumnya. Untuk melihat tutorial sekali pun dari media sosial.
“Alhasil, ketika berkutat dengan SEO content writing, saya merasa agak khawatir. Padahal, kita perlu kembali mencari informasi di mesin pencari, tidak semuanya di media sosial.”
Harapan Yohanna Valerie terhadap Profesi Penulis Konten
“Harapan saya, penulis di segala bidang bisa lebih dihargai. Misalnya: jurnalis dan content writer.
“Meskipun sekarang banyak influencer, tapi orang-orang yang akan berdiri di lapangan itu, ya, jurnalis. Ada badai itu, yang di depan, ya, jurnalis, sementara influencer kan yang diam-diam di kamar.
“Tambahan, saya berharap content writer tidak dianggap sebagai mesin. Saya pernah diminta membuat 20 artikel, jujur itu banyak banget! Tapi tuntutannya: kualitasnya bagus, ramah SEO, sayangnya ‘gaji gue aja nggak bener gitu lho.’
“‘Coba stop melihat pekerjaan writer tuh sebagai ‘ah, cuman writer’. Enggak begitu. Jual traffic website yang menghasilkan puluhan juta pageview itu siapa yang carry kalau bukan writer?’
“Itu, sih, harapan terbesar saya di sini. Jangan remehkan writer. Penulis itulah yang membuat orang tergugah melakukan segala sesuatu. Dari revolusi. Sebagai revolusi, segala macam, ya seni, ya tulisan.”
Tips bagi Penulis Konten Pemula
“Untuk Anda yang ingin terjun bidang penulisan, saatnya banyak membaca. Ketika membaca, saya dapat menemukan frasa-frasa unik.
Baca juga: 7 Tips Content Writing untuk Pemula, Salah Satunya Harus Rajin Membaca!
“Selain membaca, latihan menulis setiap hari, sehingga hasil tulisannya makin hari makin bagus.
“Dan jangan lupa, ini untuk saya sendiri juga, jangan takut melakukan kesalahan.
“Draf awal tulisan kita pasti jelek, nggak ada yang langsung seperti Shakespeare. Pasti mulai dari berantakan dulu. Jadi, mulai saja dulu!”
Wawancara dengan Yohanna Valerie dilakukan pada Jumat, 19 Januari 2024. Percakapan ini telah diedit agar lebih ringkas.