Joko Aso, pasien berusia 11 tahun, tengah berjuang melawan empat penyakit sekaligus: malaria, tipes, gangguan lambung, dan infeksi yang menjalar ke otak.
Perjalanan dari Keerom ke Jayapura bukanlah hal yang mudah. Jarak 45 kilometer harus ditempuh selama lebih dari satu jam, dengan kondisi Joko yang lemah.
Di pagi hari, ambulans membawa Joko ke Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Jayapura untuk mendapat penanganan lebih lanjut.
Setelah menjalani pemeriksaan MRI, Joko, yang selama lebih dari seminggu terdiam, tiba-tiba mampu mengucapkan kata, “Bapak… mama…”
Ayah Joko, Jon, menjadi narasumber dalam wawancara dengan Narda Sinambela, seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) Kementerian Kesehatan yang saat ini bertugas di RSUP Jayapura.
Dengan latar belakang sebagai mantan jurnalis, Narda berusaha menggali informasi dengan tetap mengedepankan sisi empati.
Narda juga sering menemui momen-momen humanis yang menyentuh selama bertugas sebagai PNS di RSUP Jayapura. Berikut hasil wawancaranya dengan RadVoice Indonesia.
Perjalanan Narda Mendaftar 6 Kali Menjadi PNS

Perjalanan Narda Sinambela menjadi PNS tidaklah mudah. Ia sudah enam kali mencoba tes seleksi PNS, mulai dari empat kali ikut seleksi sekolah kedinasan dan dua kali mendaftar CPNS setelah lulus kuliah.
Setelah cukup lama bekerja sebagai jurnalis di media kumparan dan LKBN ANTARA, Narda kembali mengikuti tes CPNS. Usahanya membuahkan hasil ketika ia diterima sebagai Pranata Hubungan Masyarakat Ahli Pratama Kemenkes dengan penempatan tugas sebagai humas di RSUP Jayapura.
Di rumah sakit itu, Narda aktif mendampingi kunjungan pejabat pusat dan daerah, menangani peliputan internal, dan mendokumentasikan berbagai kegiatan rumah sakit.
Selain itu, ia juga menulis siaran pers, membuat konten digital, hingga mengelola respons terhadap keluhan masyarakat di berbagai platform.
“Ada titik di mana saya merasa ingin berpindah peran. Bukan lagi sebagai orang yang meliput dari luar, tapi sebagai orang yang ikut bekerja di dalam sistem,” kata Narda.
Berbeda dengan dunia media yang bergerak cepat dan fleksibel, lingkungan birokrasi menuntut koordinasi, aturan yang ketat, dan struktur hierarki yang jelas.
“Justru saya belajar bahwa pelayanan publik tidak bisa dikerjakan sendiri, tapi memerlukan kerja tim, butuh proses, dan butuh kesabaran,” tutur Narda.
Di awal masa tugasnya, Narda cukup frustrasi dengan ritme kerja yang lambat, termasuk dalam menyusun press release.
“Perlahan saya belajar dalam dunia pelayanan publik, akuntabilitas dan koordinasi itu jauh lebih penting daripada kecepatan,” ujarnya.
Baca Juga: Kisah Monica: Dari Jurnalis Menjadi PNS Analis Berita Pemda
Mewawancarai Ayah Pasien Kronis

Tim Humas RSUP Jayapura awalnya menerima informasi bahwa Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, yang berada di RSUD Kwaingga, Kabupaten Keerom, akan mengirimkan pasien rujukan ke RSUP Jayapura bernama Joko.
Setelah Joko mendapatkan penanganan medis awal, Narda melakukan wawancara dengan Jon, ayah dari Joko, untuk menggali cerita di balik perjuangan keluarga tersebut.
“Saya dengan jelas merasakan dan menangkap perjuangan Jon, kesedihan, ketidakberdayaan, dan kebahagiaan luar biasa saat melihat anaknya kembali berbicara,” kata Narda.
Saat itu, kondisi keluarga Joko sangat terbatas. Jon mengaku tidak lagi memiliki uang karena seluruh biaya sudah habis selama perawatan di Keerom.
“Tapi Pak Menteri sendiri bilang (Jon) harus segera dibantu,” tuturnya.
Ruang MRI yang dingin dan sunyi menjadi saksi kembalinya harapan bagi keluarga Joko.
Baca Juga: Dinamika Humas Politeknik Negeri Fakfak Roirike Bewinda
Terharu Bertemu Tokoh Adat Papua Saat Lakukan MCU

Pertemuan paling membekas bagi Narda adalah saat bertemu para tokoh adat dari Kampung Yoka, Distrik Heram, datang ke RSUP Jayapura untuk melakukan medical check up (MCU).
“Saya bukan orang asli Papua secara etnis, saya orang Batak. Tapi saya lahir dan besar di tanah Papua. Jadi saya tumbuh dengan melihat kehidupan masyarakat Papua dari dekat,” kata Narda.
“Saat saya berjumpa dengan para tokoh adat Papua di lingkungan rumah sakit, ada rasa haru dan keterhubungan yang tidak bisa saya jelaskan dengan kata-kata biasa,” lanjutnya.
Bagi Narda, rumah sakit menjadi titik temu antara negara dan masyarakat adat. Negara hadir melalui pelayanan kesehatan, dan tokoh adat hadir mewakili suara masyarakat adat.
Para tokoh adat mengatakan rumah sakit ini dibangun untuk semua kalangan dan harus dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh anak-anak Papua.
“Papua bukan hanya tentang ketertinggalan, tapi tentang nilai-nilai luhur, kebijaksanaan lokal, dan kehormatan yang tak ternilai,” pungkas Narda.
Kesimpulan
Narda Sinambela menjadi PNS Kementerian Kesehatan yang bertugas di RSUP Jayapura.
Narda aktif mendampingi kunjungan pejabat pusat dan daerah, menangani peliputan internal, dan mendokumentasikan berbagai kegiatan rumah sakit.
Selain itu, ia juga menulis siaran pers, membuat konten digital, hingga mengelola respons terhadap keluhan masyarakat di berbagai platform.
Narda belajar akuntabilitas dan koordinasi dalam pelayanan publik jauh lebih penting daripada kecepatan.
Wawancara dengan Narda Sinambela dilakukan pada 20 September 2025. Percakapan ini telah diedit agar lebih ringkas.