Cerita Jurnalis ANTARA Agatha Olivia Sulit Akses Sinyal saat Liputan di Nusakambangan

Siapa yang tidak mengenal Nusakambangan? Pulau ini terkenal dengan pengawasan lapas yang super ketat dan menjadi lokasi eksekusi terpidana mati.

Dijuluki sebagai “Pulau Kematian”, Nusakambangan kerap dianggapkan sebagai penjara paling menakutkan di Indonesia.

Sejak berdiri pada 1908, kawasan ini menjadi tempat pengasingan para narapidana kasus besar, termasuk Imam Samudra dan Amrozi.

Jurnalis ANTARA, Agatha Olivia Victoria, berkesempatan meliput langsung di pulau tersebut.

Selama perjalanan dari satu lapas ke lapas lain, ia bahkan kesulitan mengakses sinyal.

“Jadi kayak seram ya, kalau misalkan nggak ada sinyal kan bingung, selalu mikirnya gitu,” ujar Agatha.

Meskipun jurnalis ANTARA ini menghadapi berbagai kendala, ia mendapat banyak pembelajaran di sana. Berikut hasil obrolan santainya bersama RadVoice Indonesia.

Sulit Akses Sinyal hingga Wi-Fi

Agatha Olivia
Jurnalis ANTARA Agatha Olivia Victoria susah mengakses sinyal selama liputan di Nusakambangan. (Semua foto oleh Agatha)

Selama liputan di Nusakambangan selama sehari, Agatha sulit mengakses sinyal internet hingga Wi-Fi sehingga koordinasi dengan editor menjadi kendala.

Perpindahan dari satu lapas ke lapas lain membuatnya hampir tidak sempat menggunakan Wi-Fi.

 “Kalau di luar pulau atau cuma liputan di satu-dua lokasi, biasa saja. Tapi begitu sudah di dalam pulau, sinyal benar-benar hilang,” ujar Agatha.

“Jadi kita tuh di situ sinyalnya mengandalkan Wi-Fi di penjara,” tambahnya.

Akibatnya, Agatha baru bisa menulis berita setelah kembali ke Cilacap pada malam harinya.

“Aku nggak ada tektokan sama siapa-siapa juga, karena baru buat beritanya malamnya gitu,” kata Agatha.

Baca Juga: Cerita Jurnalis ANTARA Liputan PLTS di Abu Dhabi

Melewati Lapas Super Maksimum

Di Nusakambangan, lembaga pemasyarakatan (lapas) terbagi atas empat kategori pengamanan, yaitu pengamanan super maksimum, maksimum, medium, dan minimum.

Agatha tidak bisa mengunjungi lapas pengamanan super maksimum karena pengawasan yang ketat.

“Aku nggak ke lapas pengamanan super maksimum tapi melewati dan dikasih tahu ini ‘Lapas Batu’, ini ‘Lapas Pasir Putih’ dan sebagainya,” kata jurnalis ANTARA itu.

Kini, para napi di penjara tidak hanya menjalankan hukuman penjara di dalam sel, namun mengikuti pembinaan agar dipersiapkan untuk kembali ke masyarakat.

“Mereka (napi di super maksimum) karena benar-benar kegiatannya cuma di dalam sel dengan sistem one man one cell. Satu sel satu orang,” kata Agatha.

Bahkan kegiatan berjemur pun dibatasi, hanya seminggu dua kali, dan mata mereka ditutup saat dibawa keluar. 

Dengan pengamanan super ketat, pembinaan dalam lapas pengamanan super maksimum memang dikhususkan untuk pribadi masing-masing.

Meliput Napi Bercocok Tanam hingga Beternak

Agatha Olivia
Beberapa narapidana dari Lapas Besi sedang menanam jagung di sekitar lapas.

Agatha mewawancarai seorang napi dari lapas pengamanan maksimum bernama Harun.

Ia mendapat pidana 19 tahun dan 6 bulan penjara karena kasus tindak pidana pencurian. 

Harun menjalani kegiatan pemberdayaan napi yaitu bercocok tanam berbagai macam tanaman sayuran, seperti kangkung dan cabai.

“Dia bilang dia senang dan sangat menikmati karena kan di lapas juga kan nggak ada aktivitas,” kata Agatha.

“Jadi mereka bisa ada kegiatan, karena kan memang pasti digabut banget ya di lapas itu ya tidak ada apa-apa, tidak ada hiburan,” lanjutnya.

Setelah pindah ke lapas pengamanan medium, dirinya mengikuti berbagai kegiatan pelatihan yang semakin menambah keterampilannya, salah satunya beternak domba.

Di sana, Harun membersihkan kandang hingga kotoran para domba setiap harinya. 

“Pas dia membersihkan peternakan domba itu dia belum dapat upah. Dia masih baru tahap uji coba, karena dia itu baru turun dari lapas kategori maksimum ke medium,” ujar Agatha.

Baca Juga: Liputan Jurnalis Azhfar Muhammad di Kantor Berita ANTARA

Agatha Olivia
Peternakan domba Garut di Lapas Kembang Kuning, Nusakambangan.

Selain domba, beberapa napi juga terlihat sedang beternak ayam di peternakan lapas.

Napi juga dilatih para petugas pemasyarakatan untuk melinting rokok, yang kemudian akan dijual para pekerja di Nusakambangan ke berbagai pasar di Kota Cilacap.

Kesimpulan

Agatha menghadapi kendala saat meliput di Nusakambangan, mulai dari sulitnya sinyal hingga keterbatasan komunikasi dengan editor. 

Ia juga menyaksikan langsung kehidupan narapidana di lapas super maksimum dengan pengawasan yang sangat ketat dan tidak memiliki kegiatan pemberdayaan.

Meliput kegiatan pemberdayaan Napi memberikan Agatha pemahaman mendalam tentang dinamika lapas di Nusakambangan dan tantangan meliput di lokasi yang ekstrem.

Let's Amplify Your Voice Together

Tell us about your project, and we will get back to you within one business day.

Contact Us!
Contact Us!
RadVoice Indonesia
Hello
Can we help you?