Cerita Jurnalis Benedicta Miranti Mendarat Darurat saat Perjalanan Liputan di Polandia

Tak semua jurnalis punya kesempatan liputan sambil menjelajahi Eropa.

Benedicta Miranti Tri Verdiana, jurnalis Liputan6.com, mendapatkan kesempatan untuk liputan di Polandia selama delapan hari.

Undangan liputan tersebut berasal dari Polish Investment and Trade Agency (PAIH), kantor investasi dan perdagangan Polandia, melalui kerja sama dengan Kedutaan Besar Polandia di Jakarta.

Namun, di tengah perjalanan selama liputan, Miranti menghadapi insiden yang tak terduga.

Dalam penerbangan menuju Warsaw, pesawat yang seharusnya mendarat di Doha malah terpaksa mendarat darurat di Mesir.

Lika-liku liputan ini menutup lembaran perjalanan karier Miranti di Liputan6.com.

Setelah pulang ke Tanah Air, namanya masuk daftar karyawan yang terkena pemutusan hubungan kerja (PHK). Berikut cerita lengkapnya dari hasil wawancara RadVoice Indonesia.

Mendarat Darurat di Mesir karena Pesawat Terganggu Serangan Israel-Iran

liputan di Polandia
Pesawat yang ditumpangi Miranti harus mendarat darurat di Mesir karena serangan Israel-Iran. (Semua foto oleh Benedicta Miranti)

Untuk liputan di Polandia, Miranti berangkat dari Jakarta dengan rute transit di Doha.

Awalnya, ia berpikir perjalanan akan berjalan lancar, dengan waktu perjalanan Jakarta-Doha sekitar 8 jam, dan lanjut dari Doha-Warsaw sekitar 6 jam lebih.

Namun, semua di luar dugaan. Pesawatnya harus mendarat darurat di Mesir.

“Ternyata, kejadian itu bertepatan dengan serangan Israel terhadap Iran yang terjadi Jumat malam, jadi beberapa rute udara di atas Timur Tengah ditutup sementara,” ujar Miranti.

Pilot akhirnya memutuskan untuk mendarat di Mesir demi alasan keselamatan.

Miranti bersama rombongan jurnalis sempat tertahan di pesawat tanpa bisa turun. Ia hanya duduk di kursi pesawat dan menunggu izin terbang kembali.

“Meskipun cukup melelahkan, kru pesawat sangat informatif, jadi penumpang tetap tenang,” terangnya.

Setelah penantian sekitar empat hingga lima jam dari jadwal awal, pesawat akhirnya lepas landas dan tiba di Warsaw.

“Jujur aja, pengalaman itu cukup mengagetkan, karena ini pertama kalinya aku mengalami mendarat darurat karena isu geopolitik,” kata Miranti.

Perjalanan Miranti Selama Liputan di Polandia

Selama delapan hari liputan, Miranti mengunjungi tiga kota, yaitu Warsaw, Torun, dan Gdansk.

Dalam lima tahun Miranti berkarier di Liputan6.com, kunjungannya ke Polandia menjadi penutup liputan yang tak akan terlupakan karena penuh makna dan penuh pengalaman baru.

“Waktu liputan di Polandia tentu belum tahu akan ada layoff, jadi semua dijalani seperti biasa,” terang Miranti.

Mengunjungi Kereta Hidrogen Milik Produsen Kereta Terbesar di Indonesia

liputan di Polandia
Miranti mengunjungi produsen kereta terbesar di Polandia, PESA, di Bydgoszcz.

Salah satu kunjungan liputan yang berkesan bagi Miranti adalah mengunjungi produsen kereta terbesar, PESA, di Bydgoszcz dan produsen perangkat elektronika daya, MEDCOM di Warsaw saat liputan di Polandia.

Ia melihat contoh kereta hidrogen yang sedang dikembangkan, dengan target kereta bisa beroperasi dalam dua tahun.

“Meliput kereta hidrogen itu seru karena aku bisa lihat langsung salah satu teknologi transportasi masa depan,” ungkap Miranti.

PESA telah melayani pasar Eropa selama puluhan tahun, dengan pelanggan besar seperti Deutsche Bahn (Jerman), Trenitalia (Italia), hingga operator kereta di Afrika.

“Yang menarik juga, mereka terbuka untuk kerja sama teknologi dengan Indonesia, dan berharap bisa transfer ilmunya lewat PT INKA,” tambahnya.

Pembelajaran dari Liputan di Polandia

liputan di Polandia
Miranti belajar untuk selalu super adaptif, seperti harus siap dengan perubahan situasi dan mampu menggali cerita.

Miranti bercerita, selain karena liputan di Polandia menjadi cerita terakhirnya, liputan ini berkesan karena topiknya cukup luas, mulai dari teknologi, budaya, diplomasi, hingga transportasi masa depan.

Banyak sektor industri di Polandia yang bersinggungan dengan Indonesia, seperti energi hijau, transportasi publik, hingga kerja sama antarnegara.

“Indonesia nggak tertinggal-tertinggal amat, tapi kita perlu buka lebih banyak pintu kolaborasi,” kata Miranti.

Ia juga bertemu banyak narasumber yang inspiratif, dari tokoh Polandia hingga diaspora Indonesia.

Miranti belajar untuk selalu super adaptif, seperti harus siap dengan perubahan situasi dan mampu menggali cerita, bahkan saat liputan tidak sesuai dengan rencana awal.

Yang terpenting, menurutnya, adalah tetap punya rasa ingin tahu dan semangat belajar, karena di situlah semua cerita bermula.

“Jadi meskipun ini jadi penutup untuk satu bab perjalanan, aku percaya setiap akhir itu pembuka buat hal baru,” pungkas Miranti.

Kesimpulan

Miranti menghadapi situasi tak terduga saat perjalanan liputan menuju Polandia.

Pesawat yang seharusnya mendarat di Doha malah terpaksa mendarat darurat di Mesir karena gangguan serangan Israel-Iran.

Perjalanan liputan di Polandia selama delapan hari menjadi penutup liputan yang tak akan terlupakan karena bermakna dan penuh pengalaman baru.

Ia belajar untuk selalu super adaptif, seperti harus siap dengan perubahan situasi dan mampu menggali cerita, bahkan saat liputan tidak sesuai dengan rencana awal.

Wawancara dengan Benedicta Miranti dilakukan pada Senin, 14 Juli 2025. Percakapan ini telah diedit agar lebih ringkas.

Let's Amplify Your Voice Together

Tell us about your project, and we will get back to you within one business day.

Contact Us!
Contact Us!
RadVoice Indonesia
Hello
Can we help you?