Kecelakaan bukan hanya tentang angka atau pemberitaan. Ia meninggalkan luka mendalam bagi keluarga, penumpang, dan publik yang menyaksikannya.
Dalam situasi penuh duka seperti ini, kepekaan dan ketulusan komunikasi menjadi kunci utama.
Tragedi yang menimpa Air India pada Juni 2025 menjadi pengingat bahwa di tengah krisis besar, perusahaan perlu hadir bukan sekadar dengan respons cepat, tapi dengan hati.
Strategi komunikasi Air India pasca-kecelakaan menunjukkan bagaimana empati, transparansi, dan komitmen jangka panjang dapat membantu memulihkan kepercayaan publik secara bertahap.

RadVoice Indonesia akan membahas langkah-langkah strategis yang bisa diterapkan untuk membangun kembali hubungan yang tulus dan berdampak positif antara brand dan publik pasca-krisis.
Respons Awal Strategi Komunikasi Air India Pasca-Kecelakaan
Strategi komunikasi Air India pasca-kecelakaan dimulai dengan respons awal yang mencerminkan empati dan tanggung jawab.
Dalam hitungan jam setelah tragedi, Air India menunjukkan bagaimana komunikasi yang konsisten dan aksi nyata dapat menjadi fondasi untuk meredam kepanikan sekaligus menjaga kepercayaan publik.
Tiga Pernyataan Publik CEO
Campbell Wilson, CEO Air India, mengeluarkan tiga kali permintaan maaf dalam 72 jam pertama.

Mengutip dari Reuters, pernyataan pertamanya menegaskan “ini hari yang sangat sulit bagi kami” dan “kami akan bersikap transparan”.
Dua pernyataan berikutnya kembali menekankan empati, dukungan penuh kepada keluarga korban, dan komitmen untuk mendukung investigasi.
Baca juga: Kecelakaan Pesawat Jeju Air: Bagaimana Peran PR dalam Menghadapi Krisis?
Kompensasi dan Dukungan Langsung
Menurut Times of India, Tata Group selaku pemilik Air India, mengumumkan kompensasi 1 crore rupee (sekitar Rp1,9 miliar) per keluarga korban dan Air India menambahkan pembayaran interim 25 lakh rupee (sekitar Rp472 juta).
Meskipun kompensasi tersebut tentu tidak dapat menghapus duka mendalam yang dirasakan keluarga korban, langkah ini menunjukkan itikad baik dan tanggung jawab perusahaan untuk hadir di saat paling sulit.
Sikap di Website dan Media Sosial
Sebagai bentuk berkabung, Air India mengganti foto profil di semua kanal sosial media, termasuk X dan Facebook, menjadi latar hitam.
Tidak ada postingan promosi apa pun, hanya update resmi dan ucapan belasungkawa.

Website resmi Air India juga langsung menampilkan pernyataan duka resmi dan kabar mengenai kecelakaan setiap harinya.
Gestur sederhana ini menciptakan kesan empati dan menghormati rasa duka publik.
PR Pasca-Kecelakaan: Langkah-langkah Membangun Kembali Kepercayaan
Pada fase ini, strategi komunikasi Air India pasca-kecelakaan bergeser dari mitigasi awal ke inisiatif jangka menengah yang memberi harapan dan menguatkan kredibilitas.
Komunikasi tentang Keamanan dan Keselamatan
Direktorat Jenderal Perhubungan Udara (DGCA) India memerintahkan pemeriksaan mendalam seluruh armada Boeing 787-8/9 milik Air India.
Melansir dari Times of India pada 16 Juni 2025, 22 pesawat sudah selesai, sedangkan 11 unit masih antre pemeriksaan.

Proses ini dikemas dalam siaran pers yang mudah dipahami, menekankan kolaborasi dengan Boeing, GE Aerospace, dan badan investigasi internasional.
Baca juga: Holding Statement untuk Bisnis: Kunci Komunikasi Saat Krisis Melanda
Kampanye Reputasi dan Audit Terbuka
Tata Group, melalui Chairman N. Chandrasekaran, secara publik menyatakan “kami akan sepenuhnya transparan” dalam setiap tahapan investigasi dan audit, seperti dilansir dari Business Standard.
Hasil-hasil awal inspeksi teknis dijanjikan akan diumumkan secara berkala.
Cara ini membuktikan bahwa strategi komunikasi Air India pasca-kecelakaan tidak hanya janji, tapi juga tindakan nyata yang dapat diukur dan dirasakan publik.
Pelajaran untuk Praktisi PR dari Strategi Komunikasi Air India Pasca-Kecelakaan
Fokus pada Fase Recovery
Setelah respons awal, penting untuk merancang alur komunikasi jangka menengah dan panjang.
Seperti yang dilakukan Air India, kabar reguler terhadap proses investigasi dan pemeriksaan armada jadi cara konkret menunjukkan komitmen berkelanjutan.
Transparansi adalah Kunci

Empati Harus Konsisten
Gestur simbolik seperti mengganti foto profil dengan latar hitam memang penting, tapi juga harus disertai tindakan nyata.
Misalnya, pendampingan keluarga korban dan layanan psikologis yang dilakukan Air India di berbagai kota.
Baca juga: Empati dalam Komunikasi Krisis: Pelajaran dari Blunder Menteri Jepang
Kesimpulan
Strategi komunikasi Air India pasca-kecelakaan menunjukkan pentingnya respons yang empatik, transparan, dan berkelanjutan dalam menghadapi krisis.
Dari permintaan maaf berulang, kompensasi, hingga kampanye audit terbuka, semua langkah dikemas secara konsisten untuk memulihkan kepercayaan publik.
Bagi praktisi PR, kasus ini mengingatkan bahwa fase recovery sering kali lebih menentukan daripada reaksi awal, dan harus dirancang dengan hati-hati serta dijalankan dengan penuh empati.