TikTok kini tak sekadar menjadi tempat berbagi video hiburan, tapi juga berkembang menjadi medium penyebaran informasi yang menciptakan fenomena jurnalisme TikTok.
Berita TikTok dikemas secara lebih ringkas dan ringan secara visual sehingga mudah dipahami berbagai kalangan.
Sejumlah media nasional ternama seperti Kompas.com, CNBC Indonesia, Suara.com, dan beberapa media lainnya juga mulai aktif memanfaatkan jurnalisme TikTok.
Apakah fenomena ini menandakan era baru media atau sekadar tren sementara di tengah persaingan berbagai konten digital?
RadVoice Indonesia merangkum penjelasannya untuk Anda. Berikut selengkapnya.
Mengenal Jurnalisme TikTok
Fenomena ini muncul setelah tren mengonsumsi berita bergeser dari cara-cara tradisional menjadi lebih cepat, visual, dan mengandalkan media sosial sebagai sumber utama informasi.
Bukan berarti audiens tak ingin lagi membaca atau menonton berita, mereka hanya ingin berita disajikan dengan cara yang berbeda.
Sebagian audiens, terutama generasi muda, mulai meninggalkan portal berita digital.
Baca juga: 3 Cara Meningkatkan Traffic Website dari Media Sosial

Kepopuleran TikTok pada akhirnya membuat perusahaan media turut memproduksi konten berita atau informasi di aplikasi asal Tiongkok tersebut.
Berdasarkan data yang dipublikasikan Business Data of Apps, jumlah pengguna aktif TikTok meningkat lebih cepat daripada aplikasi sosial lainnya selama empat tahun terakhir.
Pengguna TikTok hingga 2024 telah mencapai 1,73 juta di urutan kelima setelah Facebook, YouTube, WhatsApp, dan Instagram.
Bahkan dari data yang dipublikasi CNBC Indonesia, pengguna TikTok di Indonesia tercatat mencapai 157,6 juta, terbanyak melebihi Amerika Serikat dan Rusia.
Seperti Apa Karakteristik Jurnalisme TikTok?
Karakter video TikTok yang cenderung singkat dan cepat turut berpengaruh pada konten pemberitaan yang dibagikan. Mulai dari judul, kuantitas isi berita, hingga kelengkapan 5W+1H.
Berbeda dengan pemberitaan di portal online maupun konvensional yang cenderung lebih lengkap, panjang, dan memiliki kelengkapan 5W+1H.
Dalam jurnal Universitas Diponegoro Semarang tentang gaya jurnalisme media baru pada berita di platform TikTok mengungkapkan, berita yang muncul melalui media sosial cenderung memiliki judul yang clickbait.
Baca juga: 3 Tips Menghindari Artikel Clickbait, Selalu Perhatikan Judulnya!
Judul dalam video TikTok biasanya dituliskan langsung di dalam video dengan kreasi bentuk atau warna yang menarik. Namun kerap kali judul dibuat berlebihan demi meraih jumlah views atau pembaca yang tinggi.
Di sisi lain, unsur 5W+1H juga tidak dilengkapi dalam membuat konten pemberitaan di TikTok. Unsur when, why, dan how sering tak disertakan dalam video yang dibuat.

Selain itu, platform TikTok yang bergantung pada algoritma akan berpengaruh pada kemunculan berita di linimasa atau disebut dengan For Your Page (FYP) pengguna.
Apabila tak dapat menyesuaikan dengan algoritma yang sedang viral atau digemari seperti musik atau konsep ide tertentu, penyajian berita tak akan tersampaikan dengan baik.
Meski demikian, fitur interaktif seperti kolom like, comment, favorite, dan lainnya membuat berita yang disajikan cenderung lebih mudah dipahami dan menarik perhatian audiens, terutama generasi muda yang terbiasa dengan konten visual dan interaktif.
Bagaimana Masa Depan Jurnalisme TikTok?
Tak bisa dipungkiri bahwa media nasional dapat memanfaatkan TikTok sebagai salah satu saluran penyebaran informasi.
Namun dalam membuat konten berita, media harus tetap memperhatikan dasar-dasar jurnalisme seperti verifikasi fakta dan etika jurnalistik.
Media juga harus tetap menjaga independensi dengan tak terpengaruh oleh tren viral yang kerap mengutamakan unsur sensasi demi meraih audiens.
Artinya, media tetap perlu menyaring informasi dengan cermat dan memastikan bahwa berita yang disampaikan kepada audiens tidak hanya cepat tetapi juga benar dan dapat dipercaya.

Terlebih, penyajian berita di TikTok biasanya hanya melalui video yang berdurasi kurang satu menit.
Dampaknya adalah konten berita menjadi terlalu disederhanakan dengan mengabaikan detail penting atau informasi secara keseluruhan. Hal ini bisa menyebabkan kebingungan pada audiens karena tak menerima informasi secara utuh.
TikTok jelas telah mengubah dunia jurnalisme dengan membuat berita lebih mudah diakses, interaktif, dan menarik, terutama bagi audiens yang lebih muda.
Kemampuannya untuk memberikan update dan perspektif langsung telah menjadikannya alat yang mudah untuk menyebarkan informasi dengan cepat.
Namun, TikTok juga memiliki kekurangan dalam menyajikan berita. Meskipun bisa menjadi alternatif sumber berita, penting bagi audiens untuk memastikan kembali akurasinya.
Kesimpulan
Fenomena jurnalisme TikTok mengubah cara orang mengonsumsi berita, terutama bagi generasi muda yang lebih tertarik dengan konten visual dan interaktif.
Ke depan, TikTok bisa menjadi platform yang semakin penting di dunia jurnalisme melalui berita yang disajikan oleh akun-akun media.
Namun media tetap harus memperhatikan prinsip dasar jurnalisme seperti verifikasi fakta untuk menjaga kualitas berita yang disampaikan