Di balik dunia public relations yang selalu berkaitan dengan citra positif, tersembunyi praktik dark PR yang dirancang untuk merusak reputasi seseorang atau brand.
Dark PR adalah taktik yang disengaja untuk melemahkan pesaing suatu brand. Tujuannya jelas, mulai dari merusak citra perusahaan hingga memengaruhi opini publik.
Seperti apa praktiknya? RadVoice Indonesia menjelaskan lebih lanjut tentang dark PR sebagai berikut.
Apa Itu Dark PR?
Mengutip Baden Bower, dark PR yang juga dikenal dengan negative PR adalah praktik menyebarkan informasi palsu atau negatif tentang individu, brand, atau institusi untuk merusak reputasi mereka.
Kampanye gelap ini biasanya digunakan dengan menyebarkan rumor, membuat berita palsu, hingga melakukan kampanye kotor pada orang atau brand lain.
Media sosial disebut memunculkan benih-benih kampanye PR negatif karena memudahkan pengguna berlindung di balik anonimitas.
Baca juga: 7 Langkah Hadapi Krisis PR di Media Sosial

Strategi Dark PR
Berikut adalah beberapa strategi yang kerap digunakan dalam dark PR hingga berdampak pada perusahaan.
Menerbitkan Ulasan Negatif
Ulasan produk yang negatif diyakini dapat berdampak signifikan pada reputasi brand.
Data yang dipaparkan Wiser Notify menyebutkan, hampir 95% konsumen membaca ulasan online sebelum melakukan pembelian.
Ulasan yang positif secara signifikan akan meningkatkan penjualan dan menambah kepercayaan pelanggan. Di sisi lain, ulasan negatif akan turut memengaruhi pelanggan dalam mengambil keputusan.
Baca juga: 5 Cara Menulis Artikel Review Produk yang Informatif dan Kredibel
Artinya, semakin baik ulasan dan rating suatu produk, maka semakin besar kemungkinan konsumen untuk memilih produk tersebut.
Menerbitkan ulasan negatif biasanya dilakukan untuk menjatuhkan reputasi brand kompetitor sehingga berpengaruh pada penjualan yang semakin menurun.
Menyebarluaskan Dokumen Perusahaan
Dokumen perusahaan yang bersifat penting seperti laporan keuangan maupun laporan rahasia lainnya, dapat disebarkan untuk menyampaikan informasi negatif tentang perusahaan.
Tindakan tersebut tentunya dapat merusak reputasi perusahaan dan menyebabkan kerugian finansial.
Memuji dengan Kalimat Negatif
Pernyataan ini disampaikan seolah ingin menyampaikan pujian kepada orang atau brand pesaing. Namun sebenarnya memiliki makna yang negatif.
Misalnya, praktisi dark PR mengatakan, “Produk Anda hebat, tapi harganya sangat mahal.” Hal ini menciptakan kesan negatif pada pelanggan, meski pernyataannya terlihat positif.
Memanfaatkan Ahli atau Influencer
Dalam praktik dark PR, para ahli atau influencer ini dapat dibayar untuk menyebarkan informasi palsu atau komentar negatif.
Umumnya, penyebaran informasi atau komentar ini disampaikan melalui akun media sosial mereka.
Para ahli maupun influencer ini diyakini memiliki dampak signifikan pada opini publik karena memiliki jumlah pengikut yang besar.

Menyampaikan Informasi Secara Berlebihan
Berlebihan adalah teknik yang digunakan untuk menciptakan kesan palsu tentang suatu brand. Praktisi dark PR dapat membesar-besarkan informasi negatif untuk menciptakan narasi palsu.
Misalnya, munculnya informasi bahwa ada produk skincare yang mengandung merkuri, padahal belum ada bukti atau hasil penelitian lab yang valid.
Tuduhan ini kemudian viral hingga dibahas di berbagai akun review dan membuat calon konsumen ragu membeli.
Hal ini tentu akan merugikan bagi brand dan berdampak pada penjualan.
Siapa Target Dark PR?
Dark PR biasanya ditujukan kepada pihak-pihak yang dianggap sebagai ancaman terhadap kepentingan tertentu. Beberapa di antaranya sebagai berikut.
Kompetitor Bisnis
Tujuannya tentu untuk melemahkan posisi kompetitor. Hal ini biasanya dilakukan dengan menyebarkan rumor negatif tentang produk kompetitor hingga menggiring opini publik soal kualitas yang buruk.
Lawan Politik
Persaingan dengan cara menjatuhkan lawan politik sudah umum terjadi dalam praktik dark PR. Strategi ini biasanya banyak terjadi menjelang pemilu.
Mereka melakukannya dengan membentuk narasi negatif tentang calon lawan, penyebaran hoaks, hingga mencari isu personal dari rekam jejak yang ada di media sosial.
Strategi semacam ini banyak ditemui dalam Pemilu 2024 ketika calon kepala daerah hingga calon presiden maupun calon wakil presiden diserang dengan berbagai isu.
Baca juga: Dilema Saya di Tengah Bias Liputan Politik

Perusahaan atau Institusi
Kampanye negatif kepada perusahaan atau institusi ini ditujukan untuk melemahkan kepercayaan publik.
Hasil yang diharapkan adalah publik tidak membeli produk atau tidak mendukung kebijakan.
Hal ini bisa berdampak panjang bagi perusahaan maupun institusi tersebut. Selain kepercayaan dan reputasi yang hilang, perusahaan juga dianggap tidak aman, dan investor pun menjadi ragu.
Bagaimana Cara Perusahaan Mengantisipasi?
Untuk menghadapi serangan dark PR, perusahaan atau institusi perlu memiliki strategi pencegahan yang baik.
Berikut adalah beberapa langkah untuk mengantisipasi.
- Membangun sistem monitoring media dan sosial media;
- Menyiapkan tim komunikasi krisis;
- Menanggapi isu dengan transparansi dan data yang akurat;
- Menjalin relasi yang kuat dengan media dan publik.
Kesimpulan
Dark PR adalah strategi komunikasi yang sengaja dibuat untuk menjatuhkan reputasi individu, brand, atau institusi. Praktik ini bisa berdampak besar jika tidak diantisipasi dengan baik.
Beberapa cara yang biasa dilakukan di antaranya dengan menerbitkan ulasan negatif, menyebarluaskan dokumen perusahaan, hingga menyampaikan informasi secara berlebihan.
Perusahaan perlu waspada dan menyiapkan langkah pencegahan, seperti memantau media, membangun komunikasi yang terbuka, dan menjaga hubungan baik dengan publik.