Perjalanan Jurnalis Narasi Andita Rahma: Dari Media ke Dunia PR, Kini Kembali ke Meja Redaksi

Jurnalis Narasi Andita Rahma

Setelah menjalani dunia public relations (PR), jurnalis Narasi Andita Rahma Fitriyana kini kembali ke meja redaksi. 

Perjalanan ini tentu tak sekadar pindah profesi, tapi juga mengeksplorasi peran media dari sudut pandang yang berbeda. 

Andita mengawali kariernya sebagai jurnalis sejak 2015 dengan menjadi reporter di MNC Media. Ia kemudian menjadi reporter di Tempo selama kurang lebih 4,5 tahun. 

Pada akhir 2021, Andita memutuskan untuk beralih sebagai PR Associate di Media Buffet PR.

Namun setelah satu tahun, ia memutuskan kembali sebagai jurnalis dengan peran baru sebagai produser di Narasi Newsroom.

Perjalanan Jurnalis Narasi Andita Rahma

RadVoice Indonesia telah mewawancarai Andita tentang perjalanannya yang sempat beralih ke PR dan kini memilih kembali ke media dengan menjadi jurnalis Narasi. Berikut selengkapnya.    

Bagaimana awal mula Anda tertarik menjadi jurnalis?

“Berawal dari pekerjaan ibu saya yang dulunya adalah produser di salah satu TV swasta. Saya sering dibawa ke kantornya saat itu.

“Di sanalah saya mulai melihat dinamika proses syuting suatu program di studio. Akhirnya, timbul minat untuk bekerja di media. 

“Sampai waktu kuliah, saya memutuskan untuk mengambil jurusan komunikasi dengan fokus di jurnalistik. Peminatan secara khususnya di bidang menulis.”

Jurnalis Narasi Andita Rahma
Andita Rahma (kanan) bersama dengan penyanyi Raisa. (Semua foto oleh narasumber)

Apa yang membuat Anda memutuskan beralih ke dunia PR lalu kembali ke media dengan menjadi jurnalis Narasi?

“Di tahun keenam sebagai jurnalis, saya jenuh dan merasa perlu upgrade skill di luar ilmu jurnalistik. 

“Terus akhirnya tertarik ke PR karena profesi itu yang paling dekat dengan jurnalis. Keduanya sama-sama berhubungan dengan media, hanya pendekatannya saja yang berbeda. 

Baca juga: 5 Cara Menggaet Perhatian Media agar Hadir di Konferensi Pers Anda

“Jadi sedikit banyak sudah tahu tentang PR karena saat menjadi jurnalis, kan, sering juga berinteraksi dengan mereka. Apalagi ketika bertugas di desk ekonomi, saya banyak berhubungan dengan tim PR perusahaan, lembaga, atau instansi pemerintahan. 

“Kenapa akhirnya balik lagi? Ternyata setelah merasakan bekerja sebagai PR, keinginan untuk turun ke lapangan, untuk liputan itu masih ada.

“Akhirnya pas tahu Narasi sedang ada rekrutmen, saya melamar.”

Apa perbedaan paling mencolok saat bekerja sebagai PR dan kini kembali sebagai jurnalis Narasi?

“Pekerjaan PR itu ternyata tidak sekadar buat press release, seperti yang sering dilihat jurnalis. 

“Tapi juga bikin communication plan dari A sampai Z, supaya apa yang dimau klien, pesan klien, bisa diterima jurnalis dan sampai ke publik. Saya benar-benar belajar dari nol saat jadi PR. 

“Terus karena saya dulu di PR agency, jadi handle banyak klien, belajar juga cara berkomunikasi ke setiap klien. Setiap klien kan punya kebutuhan yang berbeda, sehingga harus bisa menyesuaikan strategi komunikasi yang tepat.

Jurnalis Narasi Andita Rahma
Andita berada di balik proses perayaan 13 Tahun Mata Najwa yang disiarkan di Narasi pada 2023.

How we handle and manage every client’s needs and expectations, karena setiap klien itu maunya beda-beda. Apalagi pas handle klien internasional. 

“Tentunya belajar public speaking juga saat itu, karena di dunia PR kadang harus presentasi, bicara depan publik. Ini jadi skill tambahan yang berguna, bahkan setelah kembali sebagai jurnalis.

“Saya jadi lebih memahami bagaimana PR membangun hubungan dengan media.”

Bagaimana pengalaman di PR memengaruhi cara kerja Anda saat ini sebagai jurnalis Narasi?

“Ketika bikin target awal tahun, saya jadi belajar untuk memetakan SWOT (strengths, weaknesses, opportunities, threats) supaya lebih terarah dan mengerucut apa yang mau dicapai tim. 

Skill negosiasi dengan klien ternyata juga terpakai di saat saya kembali jadi jurnalis. 

Baca juga: Pahami Beda Gaya Penulisan PR dan Media

“Beberapa kali bantu bikin konten klien, pasti ada dinamika antara keinginan klien dengan news value yang dipegang jurnalis, di situlah sangat terpakai skill negosiasinya.

“Saya juga terbantu dalam membangun jejaring. Saat di PR, saya banyak berinteraksi dengan berbagai pihak, dan itu masih terbawa sampai sekarang.”

Sebagai jurnalis Narasi, apa yang bisa Anda pelajari dari PR maupun sebaliknya?

“Cara berkomunikasi, public speaking. Kadang cara komunikasi PR itu enggak bisa asal ‘tembak’ seperti jurnalis nanya langsung ke narasumber. 

“PR mengajarkan saya untuk menyampaikan isi pesan atau bertanya dengan cara yang lebih ‘halus’ dan komprehensif, yang penting goals kita tercapai.

Skill ini berguna juga saat wawancara dengan narasumber yang sensitif atau sulit didekati. 

Andita (duduk ketiga dari kiri) bersama timnya di Narasi.

“Sebaliknya, PR bisa belajar cara mencari angle rilis dari jurnalis. Apa, sih, news value yang jurnalis dan publik butuhkan?

“Kadang PR kurang bisa menilai itu, main asal nulis saja. Padahal sebenarnya publik dan jurnalis enggak butuh info itu.

“Dengan memahami bagaimana jurnalis bekerja, PR bisa lebih strategis ketika membangun hubungan dengan media.”

Perusahaan Anda butuh menulis press release untuk media? Hubungi RadVoice sekarang.

Kesimpulan

Andita Rahma telah tertarik dengan jurnalistik sejak kecil hingga akhirnya memilih untuk kuliah di bidang yang relevan. 

Enam tahun menjadi jurnalis, ia beralih profesi sebagai PR dan mengembangkan kemampuannya dalam strategi komunikasi hingga public speaking. Namun usai bertahan satu tahun di dunia PR, Andita memutuskan kembali ke dunia media dengan menjadi jurnalis Narasi. 

Pengalaman di kedua bidang itu mengajarkan pentingnya keterampilan komunikasi yang efektif hingga bagaimana membangun hubungan yang kuat dengan berbagai pihak, baik itu klien atau media.

Contact Us!
Contact Us!
RadVoice Indonesia
Hello
Can we help you?